1. Identitas Novel
Judul
:
Salah Pilih
Pengarang :
Nur St. Iskandar
Penerbit
: PT Balai Pustaka (persero)
Cetakan
: 31
Tahun :
2010
Cetakan Pertama : 1928
2.
Ikhtisar
![]() |
Asnah
adalah anak angkat dari Mariati. walaupun Mariati hanyalah ibu angkatnya.
Kebaikan hati Asnah itu pulalah yang membuat Mariati teramat sangat sayangnya
terhadap Asnah, jadilah Asnah pengobat dalam setiap sakitnya dan penghibur
dikala susahnya. Selain Asnah, Mariati juga mempunyai seorang anak laki-laki
bernama Asri. Asri sama pula sayangnya terhadap Asnah sebagaimana dia
menyayangi adik kandungnya.
|
Namun karena
Asri sedang bersekolah di Jakarta, jadi dia tak dapat selalu bertemu dengan
Asnah untuk sekedar berbagi cerita. Namun, seiring berjalannya waktu, berubah
pulalah perasaan Asnah terhadap Asri. Semula perasaannya terhadap Asri hanya
sebatas perasaan sayang terhadap seorang saudara, namun demikian perasaan itu
terus mengalir hingga menumbuhkan benih-benih cinta di hati Asnah. Walau
demikian, Asnah tak ingin Asri mengetahui perasaan dirinya. Sebisa mungkin dia
bersikap biasa manakala Asri pulang.
Hingga tiba saat Asri tamat dari sekolahnya, dan
Mariati menyuruh Asri tinggal dan bekerja di Kampung halamannya saja karena ia
merasa ia sudah demikian tua dan sakit-sakitan maka ia tak ingin jauh-jauh dari
anak laki-lakinya itu. Sebenarnya keinginan Mariati tadi sangat bertentangan
dengan keinginan hati Asri, karena ia sangat ingin meneruskan sekolahnya ke
sekolah setingkat SMA atau ke sekolah kedokteran, namun sebagai seorang anak
yang ingin berbakti kepada ibunya, akhirnya ia mengikuti keinginan ibunya tersebut.
Hingga suatu saat merasa bahwa Asri sudah cukup umur bahkan bisa dibilang sudah
matang untuk menikah.
Asri menyetujui saja keinginan
ibunya tersebut, hanya saja dia masih bingung dalam mencari calon istri untuk
dirinya. Asnah begitu kaget manakala ia mendengar bahwa Asri akan segera
menikah. Tapi ia berusaha sebisa mungkin menutupi perasaannya tersebut. Asri
masih bingung memilih-milih wanita calon istrinya, sebernanya Asri dan Asnah
boleh saja menikah, hanya karena adat istiadat yang berlaku saat itu maka
dirasa tidak pantas mereka menikah karena dianggap masih sepedukuan yang
berasal dari satu kaum. Lalu dipilih-pilihlah wanita di Negerinya yang belum
menikah. Akhirnya Asri menemukan seorang gadis yang dirasa cocok untuk menjadi
pendampingnya kelak. Gadis itu adalah Saniah.
Keinginannya melamar saniah bukanlah tanpa
alasan. Asri lebih dahulu tertarik kepada kakak Saniah, yaitu Rusiah. Rusiah
adalah seorang perempuan yang baik hatinya, dan lembut perangainya. Namun
ketika Asri bersekolah di Bukittinggi, ternyata Rusiah dikawinkan dengan
seorang laki-laki bernama Sutan Sinaro. Jadi Asri memutuskan untuk meminang
Saniah karena dirasa bahwa Saniah pun tak akan jauh beda dengan kakaknya, baik
rupa ataupun perangainya.
Sampai suatu saat Asri bersama-sama ibunya
memutuskan untuk bertamu ke rumah keluarga Saniah. Keluarga itu adalah keluarga
orang terpandang, keluarga seorang bangsawan kaya dan terpelajar. Walaupun ibu
gadis tersebut memiliki perangai yang kaku dan cenderung angkuh, namun Asri
yakin bahwa Saniah tentunya berperangai lain dengan ibunya.
Lalu, tak berapa lama, Asri
memutuskan memilih Saniah sebagai calon istrinya. Mereka berdua melaksanakan
acara pertunangan terlebih dahulu. Saat pertunangan, Saniah benar-benar
menampakkan perangai yang sangat baik, ia pun hormat terhadap seluruh keluarga
Asri. Perangai demikian itu membuat Asri semakin yakin dengan pilihannya itu.
Tak lama, dilangsungkanlah upacara perkawinan Asri dengan Saniah yang sangat
meriah.
Setelah menikah, mereka berdua lalu pndah ke Rumah
Gedang milik keluarga Asri. Dari situlah diketuahui bahwa perangai Saniah
tidaklah seelok yang dia perlihatkan saat sebelum menikah. Saniah begitu
memandang rendah terhadap Asnah hanya karena Asnah adalah seorang anak angkat.
Dia merasa bahwa tidak sepatutnya Asnah disejajarkan dengan dirinya yang
berasal dari kaum terpandang. Ternyata, perangai Saniah begitu angkuhnya,
berbeda dengan yang dia perlihatkan sebelum menikah dahulu. Saniah begitu
sering berkata menyindir, bersikap bengis, bahkan mencaci maki yang begitu
menyakitkan hati Asnah. Bahkan terhadap mertuanya pun, Saniah bersikap yang
kurang sopan. Namun Asnah adalah seorang gadis tegar dan sabar yang mempunyai
hati lapang, dia tak pernah membalas perlakuan buruk dari iparnya itu.
Tak lama setelah menikah, adat buruk Saniah semakin
menjadi. Bahkan sekarang dia berani melawan terhadap suaminya, kerap kali ia
juga berkata-kata kasar terhadap suaminya. Sehingga dapat dilihat kalau adat
Saniah tak jauh bedanya dengan ibunya, Rangkayo Saleah. Hingga membuat
kesabaran Asri kian berkurang dan akhirnya Asri membiarkan Saniah pulang ke
rumah orang tuanya manakala saat itu Sidi Sutan datang menjemput. Yang semula
bermaksud menjemput Saniah dan Asri, namun karena pertengkaran itu, jadilah
Saniah pulang sendiri.
Hingga suatu hari Rangkayo Saleah
mendapat kabar bahwa anak laki-lakinya, Kaharuddin akan menikah dengan seorang
perempuan anak seorang saudagar batik di kota Padang, tak tertahankan lagilah
amarahnya. Dianggapnya oleh Rangkayo Saleah bahwa Kaharuddin akan menikah
dengan seorang perempuan yang tak tentu asal-usulnya. Sementara Dt. Indomo
merasa tidak setuju dengan pendapat istrinya itu, ia setuju saja anaknya
menikah dengan siapapun asal perempuan yang disukainya itu terpelajar, sehat,
orang baik-baik dan bersopan santun. Kaya, miskin, bangsawan, berbeda negeri,
dan sebagainya tidaklah dipandang sebagai alasan.
Namun Rangkayo Saleah tetap teguh
pada pendiriannya untuk tidak menyetujui pernikahan Kaharuddin. Akhirnya ia
memutuskan untuk pergi ke Padang mendatangi Kaharuddin. Kebetulan saat itu
Saniah berada di rumahnya setelah Sidi Sutan menjemputnya dari rumah Gedang.
Maka diajaknya lah Saniah pergi ke kota Padang. Di tengah jalan, kendaraan yang
mereka tumpangi sempat berhenti. Lalu sejenak Saniah memandang negeri yang ia
tinggallkan. Namun entah mengapa, begitu banyak yang ia ingat saat ia memandang
Rumah Gedang yang nampak jelas terlihat dikejauhan. Tiba-tiba ia teringat akan
suaminya, yang begitu sayang terhadapnya, maka teringatlah ia bahwa ia telah
durhaka terhadap suaminya, teringat ia akan dosa-dosa yang telah ie perbuat
terhadap orang-orang di sekitarnya, termasuk pada Asnah. Lama benar ia
memandang, seakan-akan ia akan pergi jauh. Lalu dilanjutkannyalah perjalanan
mereka. Dan Rangkayo Saleah menyuruh kepada supir untuk memacu kendaraannya
lebih cepat agar mereka bisa lebih cepat sampai di tujuan. Sang sopirpun begitu
senang ketika Rangkayo Saleah menyuruhnya untuk memacu kendaraannya dengan
cepat. Karena baginya inilah saatnya untuk memperlihatkan kelihaiannya dalam
mengendalikan mobil, walaupun jalanan berkelok tajam, juga tebingnya yang
begitu curam.
Akhirnya, peristiwa yang sangat
tidak diharapkanpun terjadi. Sang sopir kehilangan kendalinya, dan mobil yang
dikendalikannya itu jatuh terbalik dan masuk ke dalam sungai yang kering
airnya. Rangkayo Saleah meninggal di tempat kejadian, sementara Saniah yang
kelihatannya masih bernafas segera diselamatkan orang-orang dan dibawa ke
rumahsakit. Namun karena kecelakaan yang dialaminya begitu parah, akhirnya
Saniah pun meninggal dunia setelah sempat bertemu dan meminta maaf kepada
suaminya.
Setelah beberapa lama Saniah meninggal, begitu
banyak lamaran datang kepada Asri.
Namun dia tak ingin salah pilih
lagi. Dan ia memutuskan kalaupun ia hendak menikah lagi, ia hanya akan menikah
dengan orang yang sudah sangat dikenal oleh dirinya dan dapat menjadi kawan
yang selalu ada dalam susah, sedih, senang dan gembira, yaitu Asnah. Ia tak
ingin salah pilih lagi karena ia yakin bahwa Asnah lah satu-satunya perempuan
terbaik bagi dirinya. Namun saat itu Asnah tinggal bersama Mariah, saudara
perempuan Mariati yang tinggal di Bayur. Jadilah Asri mendatanginya sekalian
minta izin kepada Mariah untuk menikahi Asnah.
Para penghulu adat dan masyarakat
pun sangat kaget mendengar keputusan Asri, karena walau bagaimanapun, Asri dan
Asnah sudah dianggap sebagai saudara sepesukuan. Walaupun Asri tidak setuju
pada pendapat orang-orang, karena baginya Asnah hanyalah saudara angkat yang
dibesarkan bersama-sama dengannya dan tidak ada ikatan darah dengannya.
Namun, pikiran orang-orang berlainan dengannya. Dan
adat pun mengatakan bahwa jika ada saudara sepesukuan yang melangsungkan
perkawinan, maka mereka tidak akan diakui lagi sebagai warga Minangkabau. Dan
Asri, daripada ia harus mengikuti adat yang bertentangan dengan hati nuraninya
dan harus kehilangan orang yang dicintainya, ia pun memutuskan untuk membawa
Asnah pergi meninggalkalkan Minangkabau. Dan ia pun rela melepaskan
pekerjaannya sebagai seorang Sutan Bendahara. Mereka memutuskan untuk pergi ke
Jawa.
Awalnya, kehidupan mereka disana tidak begitu
berkecukupan. Mereka pun banyak dijauhi oleh orang-orang sekampung mereka yang
kebetulan sama-sama berniaga di Jawa. Namun karena usaha keras dan kesabarah
hati mereka, akhirnya Asri mendapatkan pekerjaan yang layak. Dan yang
terpenting, Asri mendapatkan kebahagian bersama Asnah.
Selang berapa lama, Asri dan Asnah mendapatkan surat
dari para penghulu negri untuk segera pulang ke kampung halamannya. Karena
penduduk kampung sadar telah kehilangan orang pintar yang mempunyai cita-cita
yang besar untuk kemajuan negrinya. Seiiring kemajuan zaman, pengetahuan
penduduk negri pun sudah terbuka lebar dan mereka lebih bisa menanggapi sesuatu
hal dengan cara yang masuk akal.
Akhirnya, Asri dan Asnah pulang kembali ke kampung
halamannya. Mereka disambut dengan suka cita oleh para penduduk disana. Asri
diberikan kedudukan sebagai Engku Sutan Bendahara. Mereka sangat dihormati oleh
penduduk dan hidup berbahagia
3.
Alur
c alur
awal
Ä Asnah
jadi anak angkat
“ ha, datang
engkau, Anaku! Baru senang hatiku rasanya.”
“sangat rindu
Ibu rupanya,”kata gadis itu dengan riangnya, sambil memandang kepada Makciknya,
(halaman 4)
Ä Asri
menikah dengan Saniah
Saniah sudah beberapa
hari jadi istri Asri dan kedua suami istri itupun akan pindah ke rumah gedang.
(halaman 125)
Ä Asri
bercerai dengan Saniah
Ia pun
menjerit-jerit sekuat-kuatnya.”Talaki, ceraikan aku olehmu, katanya.”Telah puas
aku bersuamikan engkau ini!” (halaman 206)
c alur
tengah
Ä Asri
menikah dengan Asnah
Jadi cita-cita mereka
itu tercapai sudah. Asnah telah menjadi istri Asri dengan sah!
(halaman 250)
c alur
akhir
Ä Asri
dan Asnah pergi dari kampung halamannya
Sepekan kemudian
barulah pecah kabar di Sungaibatang , bahwa “kedua beradik” itu sudah lari.....Seorang
saudagar kulit manis yang pulang dari Padang membisik desuskan dengan gembira
dari suatu telinga kepada suatu telinga, dari seorang kepada seorang ,.....
(halaman 251)
Ä Asri
dan Asnah kembali kekampung halaman
kedua laki istri
itu pun disilakan orang keluar dari dalam oto, disambut oleh Dt. bendahara dan
beberapa orang penghulu lain serta cerdik dalam negeri. (halaman
262)
4.
Pelaku
v Penokohan
1. Asri (protgonis)
Ä baik
“Asnah,” kata Asri dengan tersenyum,
“mengapa tidak kaunanti kedatanganku di atas rumah?” (halaman
25)
2. Asnah (ptotagonis)
Ä Perhatian
Asnah mengambil sebuah gelas dan
sebuah botol dari dalam lemari kaca di dalam balik itu. Isi botol itu, yakni
obat yang agak kental dan hitam warnanya, dituangkannya ke dalam gelas itu. (halaman
5)
3. Mariati
(ptotagonis)
Ä Penyayang
Rambut Asnah diraba-raba oleh orang
tua itu dan wajahnya yang molek lagi
berseri-seri itu dipandanginya dengan sukanya. (halaman
8)
4. Sitti Maliah (ptotagonis)
Ä perhatian
“Kalau tidak Kakak minum, tentu saja
takkan memberi faedah rebusan ini,” jawab sitti Maliah dengan sabar, sambil
duduk bersimpuh di sisi kanan Ibu Mariati, yang dipanggilkannya kakak itu. (halaman
1)
5.Saniah (antagonis)
Ä ketus
Akan tetapi ucapan yang muliawan itu tidak
termasuk ke hati Saniah,- tidak diterimanya dengan sukacita. Ia menjawab dengan
pendek serta tersenyum, alamat ia tidak peduli,”Ya. demikianlah hendaknya,” (halaman
126)
6. Rangkayo Saleah (antagonis )
Ä Rangkayo Saleah mengerutkan keningnya dan memasamkan
mukanya yang ditakuti orang di rumah berukir itu. (halaman
148)
a. Penamaan
Ä Sitti
Maliah menunjukan nama orang minangkabau
“Kalau tidak Kakak minum, tentu saja
takkan memberi faedah rebusan ini,” jawab sitti Maliah dengan sabar, sambil
duduk bersimpuh di sisi kanan Ibu Mariati, yang dipanggilkannya kakak itu. (halaman
1)
Ä Ibu
Mariati menunjukan nama orang minangkabau
.....jawab Sitti Maliah
dengan sabar, sambil duduk bersimpuh di sisi kanan Ibu Mariati, yang
dipanggilkannya kakak itu. (halaman 1)
b. Pemerian
Ä wajah
yang molek
Rambut Asnah diraba-raba oleh orang
tua itu dan wajahnya yang molek lagi
berseri-seri itu dipandanginya dengan sukanya. (halaman
8)
Ä mukanya
yang hening
Demi
didengar Asnah perkataan yang akhir itu, mukanya yang hening jernih itu pun
seakan-akan disaputi oleh awan yang mengandung hujan. (halaman 11)
c. Pernyataaan Tokoh Lain
Ä perasaan
asri
“Mudah-mudahan,”kata
Asri seraya berpikir-pikir.” Dan memang kalau tak ada Asnah, entah bagaimana
jadinya saya ini. Sunyi snyap-kalau tidak terdengar lagi langkahnya di atas
rumah ini, kalau saya tak tanyakan kepadanya setiap hari, dan lurus kepada
saya. (halaman 43)
Ä perasaan
Asri
“ Rupanya Asnah tidak suka akan maksud saya hendak kawin
itu, Ibu! Walau bagaimanapun jua pun pandainya menahan hati,tapi tampak juga
oleh saya, bahwa ia terperanjat mendengar niat kita itu. (halaman 42)
d. percakapan Dialog dan Monolog
v dialog
Ä percakapan
Asnah dan ibu Mariati
“Ya, Ibu ,” katanya,”takkan dapat
saya membalas segala kebajikan ibu kepada sya yang hina ini lagi miskin ini.”
“Membalas?Nah, kalau
hendak memperkatakan perkara “membalas” itu amat banyak lagi yang mesti kita
perhitungkan!Sesungguhnya engkau lebih cinta dan kasih kepada kami, daripada
kami kepadamu.” (halaman 17)
v monolog
Ä perasaan
Asnah
.....”Tidak,
tidak,”kata batinnya,”daripada hidup bercermin bangkai,, lebih baik mati
berkalang tanah. Atau aku pergi dari sini sejauh-jauhnya,,,,” (halaman 21)
Asri berdiam diri.Pikirnya,
apa sebabnya perkara diserahkan kepadanya.Padahal ia sudah mendapat kabar,
bahwa lebih dahulu ibunya sudah menentukan seorang anak gadis baginya.
(halaman 29)
e. Tingkah Laku Tokoh
Ä Asnah
diawal cerita digambarkan sebagai anaka yang patuh dan perhatian dan diakhir
cerita Anah dkisahkan akhirnya menikah dengan Asri
§ Asnah mengambil sebuah gelas dan sebuah botol dari
dalam lemari kaca di dalam balik itu. Isi botol itu, yakni obat yang agak
kental dan hitam warnanya, dituangkannya ke dalam gelas itu. (halaman
5)
§ Jadi cita-cita mereka itu tercapai
sudah. Asnah telah menjadi istri Asri dengan sah!
(halaman 250)
Ä Asri
diawal cerita dikisahkan menikah dengan Sania namun akhir cerita dikasahkan
menikah dengan Asnah
§ Saniah sudah beberapa hari jadi
istri Asri dan kedua suami istri itupun akan pindah ke rumah gedang.
(halaman 125)
§ Jadi cita-cita mereka itu tercapai
sudah. Asnah telah menjadi istri Asri dengan sah!
(halaman 250)
5. Latar
a. rumah
Ä rumah
gedang
Senantiasa kalau
Asri sudah pulang, maka ramailah rumah gedang itu.
(halaman 35)
Ä rumah
Ibu Mariati
Orang muda tiu keluar
dalam kamar itu serta diturutkan oleh ibunya dengan matanya yang jernih
bersinar-sinar.(halaman 24)
b. alam sekitar
Ä suasana
pagi hari
Hari Jumat pagi-pagi. Matahari
sudah. mulai naik dan kebanyakan orang sudah pergi ke pekerjaanya masing-
masing.(halaman 165)
Ä tanda
ada orang yang meninggal
Tiba-tiba kedengaranlah bunyi bedil
dengan derasnya, menderu dalam udara yang hening dan jernih itu.(halaman
165)
6. Tema
v sosial
Ä Salah
pilihnya memilih pasangan hidup(halaman 206)
Ia pun menjerit-jerit
sekuat-kuatnya.”Talaki, ceraikan aku olehmu, katanya.”Telah puas aku
bersuamikan engkau ini!” (halaman 206)
Ä perhatiannya
anak angkat pada ibu angkatnya
(halaman
5)
v budaya
Ä adat
Minangkabau yang keras menentang pernikahan saudara satu persukuan(halaman 251)
Ä 7. Nilai
v nilai
sosial
Ä Asri
menemukan istri pilihannya
Asnah mengambil sebuah gelas dan
sebuah botol dari dalam lemari kaca di dalam balik itu. Isi botol itu, yakni
obat yang agak kental dan hitam warnanya, dituangkannya ke dalam gelas itu. (halaman
5)
(halaman 250)
v nilai
budaya
Ä orang
Minangkabauakhirnya menerima pernikahan Asri dan Asnah
kedua laki istri itu
pun disilakan orang keluar dari dalam oto, disambut oleh Dt. bendahara dan
beberapa orang penghulu lain serta cerdik dalam negeri. (halaman
262)
8. Sikap Pengarang
Ä Nur
Sutan Iskandar ingin menggambarkan bahwa dalam memilih pasangan hidup tidak
hanya dilihat dari harta dan wajahnya saja melainkan dari budi pekertinya.
Ä Pengarang
juga ingin menggambarkan keikhlasan Asnah merelakan Asri menikah dengan Saniah,
namun karena ketabahnnya itu akhirnya dia menikah dengan Asri.
9. Tipe Novel
Ä sosial
Menceritakan
liku-liku kehidupan Asri
Ä budaya
adat Minangkabau yang kental digambarkan
DAFTAR PUSTAKA
Iskandar,
Nur Sutan, Salah Pilih .Jakarta: Pt
Balai Pustaka Indonesia, 2010
Tidak ada komentar:
Posting Komentar