Rabu, 12 Februari 2014

Analisis Novel Salah Pilih



1. Identitas Novel
Judul                           : Salah Pilih
Pengarang                  : Nur St. Iskandar
Penerbit                       : PT Balai Pustaka (persero)
Cetakan                       : 31
Tahun                         : 2010
Cetakan Pertama        : 1928

2. Ikhtisar
       Asnah adalah anak angkat dari Mariati. walaupun Mariati hanyalah ibu angkatnya. Kebaikan hati Asnah itu pulalah yang membuat Mariati teramat sangat sayangnya terhadap Asnah, jadilah Asnah pengobat dalam setiap sakitnya dan penghibur dikala susahnya. Selain Asnah, Mariati juga mempunyai seorang anak laki-laki bernama Asri. Asri sama pula sayangnya terhadap Asnah sebagaimana dia menyayangi adik kandungnya.
           
            Namun karena Asri sedang bersekolah di Jakarta, jadi dia tak dapat selalu bertemu dengan Asnah untuk sekedar berbagi cerita. Namun, seiring berjalannya waktu, berubah pulalah perasaan Asnah terhadap Asri. Semula perasaannya terhadap Asri hanya sebatas perasaan sayang terhadap seorang saudara, namun demikian perasaan itu terus mengalir hingga menumbuhkan benih-benih cinta di hati Asnah. Walau demikian, Asnah tak ingin Asri mengetahui perasaan dirinya. Sebisa mungkin dia bersikap biasa manakala Asri pulang.
Hingga tiba saat Asri tamat dari sekolahnya, dan Mariati menyuruh Asri tinggal dan bekerja di Kampung halamannya saja karena ia merasa ia sudah demikian tua dan sakit-sakitan maka ia tak ingin jauh-jauh dari anak laki-lakinya itu. Sebenarnya keinginan Mariati tadi sangat bertentangan dengan keinginan hati Asri, karena ia sangat ingin meneruskan sekolahnya ke sekolah setingkat SMA atau ke sekolah kedokteran, namun sebagai seorang anak yang ingin berbakti kepada ibunya, akhirnya ia mengikuti keinginan ibunya tersebut. Hingga suatu saat merasa bahwa Asri sudah cukup umur bahkan bisa dibilang sudah matang untuk menikah.
Asri menyetujui saja keinginan ibunya tersebut, hanya saja dia masih bingung dalam mencari calon istri untuk dirinya. Asnah begitu kaget manakala ia mendengar bahwa Asri akan segera menikah. Tapi ia berusaha sebisa mungkin menutupi perasaannya tersebut. Asri masih bingung memilih-milih wanita calon istrinya, sebernanya Asri dan Asnah boleh saja menikah, hanya karena adat istiadat yang berlaku saat itu maka dirasa tidak pantas mereka menikah karena dianggap masih sepedukuan yang berasal dari satu kaum. Lalu dipilih-pilihlah wanita di Negerinya yang belum menikah. Akhirnya Asri menemukan seorang gadis yang dirasa cocok untuk menjadi pendampingnya kelak. Gadis itu adalah Saniah.
 Keinginannya melamar saniah bukanlah tanpa alasan. Asri lebih dahulu tertarik kepada kakak Saniah, yaitu Rusiah. Rusiah adalah seorang perempuan yang baik hatinya, dan lembut perangainya. Namun ketika Asri bersekolah di Bukittinggi, ternyata Rusiah dikawinkan dengan seorang laki-laki bernama Sutan Sinaro. Jadi Asri memutuskan untuk meminang Saniah karena dirasa bahwa Saniah pun tak akan jauh beda dengan kakaknya, baik rupa ataupun perangainya.
Sampai suatu saat Asri bersama-sama ibunya memutuskan untuk bertamu ke rumah keluarga Saniah. Keluarga itu adalah keluarga orang terpandang, keluarga seorang bangsawan kaya dan terpelajar. Walaupun ibu gadis tersebut memiliki perangai yang kaku dan cenderung angkuh, namun Asri yakin bahwa Saniah tentunya berperangai lain dengan ibunya.
Lalu, tak berapa lama, Asri memutuskan memilih Saniah sebagai calon istrinya. Mereka berdua melaksanakan acara pertunangan terlebih dahulu. Saat pertunangan, Saniah benar-benar menampakkan perangai yang sangat baik, ia pun hormat terhadap seluruh keluarga Asri. Perangai demikian itu membuat Asri semakin yakin dengan pilihannya itu. Tak lama, dilangsungkanlah upacara perkawinan Asri dengan Saniah yang sangat meriah.
Setelah menikah, mereka berdua lalu pndah ke Rumah Gedang milik keluarga Asri. Dari situlah diketuahui bahwa perangai Saniah tidaklah seelok yang dia perlihatkan saat sebelum menikah. Saniah begitu memandang rendah terhadap Asnah hanya karena Asnah adalah seorang anak angkat. Dia merasa bahwa tidak sepatutnya Asnah disejajarkan dengan dirinya yang berasal dari kaum terpandang. Ternyata, perangai Saniah begitu angkuhnya, berbeda dengan yang dia perlihatkan sebelum menikah dahulu. Saniah begitu sering berkata menyindir, bersikap bengis, bahkan mencaci maki yang begitu menyakitkan hati Asnah. Bahkan terhadap mertuanya pun, Saniah bersikap yang kurang sopan. Namun Asnah adalah seorang gadis tegar dan sabar yang mempunyai hati lapang, dia tak pernah membalas perlakuan buruk dari iparnya itu.
Tak lama setelah menikah, adat buruk Saniah semakin menjadi. Bahkan sekarang dia berani melawan terhadap suaminya, kerap kali ia juga berkata-kata kasar terhadap suaminya. Sehingga dapat dilihat kalau adat Saniah tak jauh bedanya dengan ibunya, Rangkayo Saleah. Hingga membuat kesabaran Asri kian berkurang dan akhirnya Asri membiarkan Saniah pulang ke rumah orang tuanya manakala saat itu Sidi Sutan datang menjemput. Yang semula bermaksud menjemput Saniah dan Asri, namun karena pertengkaran itu, jadilah Saniah pulang sendiri.
Hingga suatu hari Rangkayo Saleah mendapat kabar bahwa anak laki-lakinya, Kaharuddin akan menikah dengan seorang perempuan anak seorang saudagar batik di kota Padang, tak tertahankan lagilah amarahnya. Dianggapnya oleh Rangkayo Saleah bahwa Kaharuddin akan menikah dengan seorang perempuan yang tak tentu asal-usulnya. Sementara Dt. Indomo merasa tidak setuju dengan pendapat istrinya itu, ia setuju saja anaknya menikah dengan siapapun asal perempuan yang disukainya itu terpelajar, sehat, orang baik-baik dan bersopan santun. Kaya, miskin, bangsawan, berbeda negeri, dan sebagainya tidaklah dipandang sebagai alasan.
Namun Rangkayo Saleah tetap teguh pada pendiriannya untuk tidak menyetujui pernikahan Kaharuddin. Akhirnya ia memutuskan untuk pergi ke Padang mendatangi Kaharuddin. Kebetulan saat itu Saniah berada di rumahnya setelah Sidi Sutan menjemputnya dari rumah Gedang. Maka diajaknya lah Saniah pergi ke kota Padang. Di tengah jalan, kendaraan yang mereka tumpangi sempat berhenti. Lalu sejenak Saniah memandang negeri yang ia tinggallkan. Namun entah mengapa, begitu banyak yang ia ingat saat ia memandang Rumah Gedang yang nampak jelas terlihat dikejauhan. Tiba-tiba ia teringat akan suaminya, yang begitu sayang terhadapnya, maka teringatlah ia bahwa ia telah durhaka terhadap suaminya, teringat ia akan dosa-dosa yang telah ie perbuat terhadap orang-orang di sekitarnya, termasuk pada Asnah. Lama benar ia memandang, seakan-akan ia akan pergi jauh. Lalu dilanjutkannyalah perjalanan mereka. Dan Rangkayo Saleah menyuruh kepada supir untuk memacu kendaraannya lebih cepat agar mereka bisa lebih cepat sampai di tujuan. Sang sopirpun begitu senang ketika Rangkayo Saleah menyuruhnya untuk memacu kendaraannya dengan cepat. Karena baginya inilah saatnya untuk memperlihatkan kelihaiannya dalam mengendalikan mobil, walaupun jalanan berkelok tajam, juga tebingnya yang begitu curam.
Akhirnya, peristiwa yang sangat tidak diharapkanpun terjadi. Sang sopir kehilangan kendalinya, dan mobil yang dikendalikannya itu jatuh terbalik dan masuk ke dalam sungai yang kering airnya. Rangkayo Saleah meninggal di tempat kejadian, sementara Saniah yang kelihatannya masih bernafas segera diselamatkan orang-orang dan dibawa ke rumahsakit. Namun karena kecelakaan yang dialaminya begitu parah, akhirnya Saniah pun meninggal dunia setelah sempat bertemu dan meminta maaf kepada suaminya.
Setelah beberapa lama Saniah meninggal, begitu banyak lamaran datang kepada Asri.
Namun dia tak ingin salah pilih lagi. Dan ia memutuskan kalaupun ia hendak menikah lagi, ia hanya akan menikah dengan orang yang sudah sangat dikenal oleh dirinya dan dapat menjadi kawan yang selalu ada dalam susah, sedih, senang dan gembira, yaitu Asnah. Ia tak ingin salah pilih lagi karena ia yakin bahwa Asnah lah satu-satunya perempuan terbaik bagi dirinya. Namun saat itu Asnah tinggal bersama Mariah, saudara perempuan Mariati yang tinggal di Bayur. Jadilah Asri mendatanginya sekalian minta izin kepada Mariah untuk menikahi Asnah.
Para penghulu adat dan masyarakat pun sangat kaget mendengar keputusan Asri, karena walau bagaimanapun, Asri dan Asnah sudah dianggap sebagai saudara sepesukuan. Walaupun Asri tidak setuju pada pendapat orang-orang, karena baginya Asnah hanyalah saudara angkat yang dibesarkan bersama-sama dengannya dan tidak ada ikatan darah dengannya.
Namun, pikiran orang-orang berlainan dengannya. Dan adat pun mengatakan bahwa jika ada saudara sepesukuan yang melangsungkan perkawinan, maka mereka tidak akan diakui lagi sebagai warga Minangkabau. Dan Asri, daripada ia harus mengikuti adat yang bertentangan dengan hati nuraninya dan harus kehilangan orang yang dicintainya, ia pun memutuskan untuk membawa Asnah pergi meninggalkalkan Minangkabau. Dan ia pun rela melepaskan pekerjaannya sebagai seorang Sutan Bendahara. Mereka memutuskan untuk pergi ke Jawa.
Awalnya, kehidupan mereka disana tidak begitu berkecukupan. Mereka pun banyak dijauhi oleh orang-orang sekampung mereka yang kebetulan sama-sama berniaga di Jawa. Namun karena usaha keras dan kesabarah hati mereka, akhirnya Asri mendapatkan pekerjaan yang layak. Dan yang terpenting, Asri mendapatkan kebahagian bersama Asnah.
Selang berapa lama, Asri dan Asnah mendapatkan surat dari para penghulu negri untuk segera pulang ke kampung halamannya. Karena penduduk kampung sadar telah kehilangan orang pintar yang mempunyai cita-cita yang besar untuk kemajuan negrinya. Seiiring kemajuan zaman, pengetahuan penduduk negri pun sudah terbuka lebar dan mereka lebih bisa menanggapi sesuatu hal dengan cara yang masuk akal.
Akhirnya, Asri dan Asnah pulang kembali ke kampung halamannya. Mereka disambut dengan suka cita oleh para penduduk disana. Asri diberikan kedudukan sebagai Engku Sutan Bendahara. Mereka sangat dihormati oleh penduduk dan hidup berbahagia

3. Alur
c alur awal
Ä  Asnah jadi anak angkat
“ ha, datang engkau, Anaku! Baru senang hatiku rasanya.”
“sangat rindu Ibu rupanya,”kata gadis itu dengan riangnya, sambil memandang kepada Makciknya, (halaman 4)
Ä  Asri menikah dengan Saniah
Saniah sudah beberapa hari jadi istri Asri dan kedua suami istri itupun akan pindah ke rumah gedang. (halaman 125)
Ä  Asri bercerai dengan Saniah
Ia pun menjerit-jerit sekuat-kuatnya.”Talaki, ceraikan aku olehmu, katanya.”Telah puas aku bersuamikan engkau ini!” (halaman 206)

c alur tengah
Ä  Asri menikah dengan Asnah
Jadi cita-cita mereka itu tercapai sudah. Asnah telah menjadi istri Asri dengan sah! (halaman 250)
c alur akhir
Ä  Asri dan Asnah pergi dari kampung halamannya
Sepekan kemudian barulah pecah kabar di Sungaibatang , bahwa “kedua beradik” itu sudah lari.....Seorang saudagar kulit manis yang pulang dari Padang membisik desuskan dengan gembira dari suatu telinga kepada suatu telinga, dari seorang kepada seorang ,..... (halaman 251)
Ä  Asri dan Asnah kembali kekampung halaman
kedua laki istri itu pun disilakan orang keluar dari dalam oto, disambut oleh Dt. bendahara dan beberapa orang penghulu lain serta cerdik dalam negeri. (halaman 262)
4. Pelaku
v  Penokohan
1. Asri (protgonis)
Ä  baik
“Asnah,” kata Asri dengan tersenyum, “mengapa tidak kaunanti kedatanganku di atas rumah?” (halaman 25)
2. Asnah  (ptotagonis)
Ä  Perhatian
Asnah mengambil sebuah gelas dan sebuah botol dari dalam lemari kaca di dalam balik itu. Isi botol itu, yakni obat yang agak kental dan hitam warnanya, dituangkannya ke dalam gelas itu. (halaman 5)
3. Mariati (ptotagonis)
Ä  Penyayang
Rambut Asnah diraba-raba oleh orang tua itu dan wajahnya  yang molek lagi berseri-seri itu dipandanginya dengan sukanya. (halaman 8)
4. Sitti Maliah (ptotagonis)
Ä  perhatian
“Kalau tidak Kakak minum, tentu saja takkan memberi faedah rebusan ini,” jawab sitti Maliah dengan sabar, sambil duduk bersimpuh di sisi kanan Ibu Mariati, yang dipanggilkannya kakak itu. (halaman 1)








5.Saniah (antagonis)
Ä  ketus
Akan tetapi ucapan yang muliawan itu tidak termasuk ke hati Saniah,- tidak diterimanya dengan sukacita. Ia menjawab dengan pendek serta tersenyum, alamat ia tidak peduli,”Ya. demikianlah hendaknya,” (halaman 126)
6.  Rangkayo Saleah (antagonis )
Ä  Rangkayo Saleah mengerutkan keningnya dan memasamkan mukanya yang ditakuti orang di rumah berukir itu. (halaman 148)

a. Penamaan
Ä  Sitti Maliah menunjukan nama orang minangkabau
“Kalau tidak Kakak minum, tentu saja takkan memberi faedah rebusan ini,” jawab sitti Maliah dengan sabar, sambil duduk bersimpuh di sisi kanan Ibu Mariati, yang dipanggilkannya kakak itu. (halaman 1)
Ä  Ibu Mariati menunjukan nama orang minangkabau
.....jawab Sitti Maliah dengan sabar, sambil duduk bersimpuh di sisi kanan Ibu Mariati, yang dipanggilkannya kakak itu. (halaman 1)




b. Pemerian
Ä  wajah yang molek
Rambut Asnah diraba-raba oleh orang tua itu dan wajahnya  yang molek lagi berseri-seri itu dipandanginya dengan sukanya. (halaman 8)
Ä  mukanya yang hening
Demi didengar Asnah perkataan yang akhir itu, mukanya yang hening jernih itu pun seakan-akan disaputi oleh awan yang mengandung hujan. (halaman 11)
c. Pernyataaan Tokoh Lain
Ä  perasaan asri
“Mudah-mudahan,”kata Asri seraya berpikir-pikir.” Dan memang kalau tak ada Asnah, entah bagaimana jadinya saya ini. Sunyi snyap-kalau tidak terdengar lagi langkahnya di atas rumah ini, kalau saya tak tanyakan kepadanya setiap hari, dan lurus kepada saya. (halaman 43)
Ä  perasaan Asri
“ Rupanya Asnah tidak suka akan maksud saya hendak kawin itu, Ibu! Walau bagaimanapun jua pun pandainya menahan hati,tapi tampak juga oleh saya, bahwa ia terperanjat mendengar niat kita itu. (halaman 42)




d. percakapan Dialog dan Monolog
v  dialog
Ä  percakapan Asnah dan ibu Mariati
“Ya, Ibu ,” katanya,”takkan dapat saya membalas segala kebajikan ibu kepada sya yang hina  ini lagi miskin ini.”
“Membalas?Nah, kalau hendak memperkatakan perkara “membalas” itu amat banyak lagi yang mesti kita perhitungkan!Sesungguhnya engkau lebih cinta dan kasih kepada kami, daripada kami kepadamu.” (halaman 17)
v  monolog
Ä  perasaan Asnah
.....”Tidak, tidak,”kata batinnya,”daripada hidup bercermin bangkai,, lebih baik mati berkalang tanah. Atau aku pergi dari sini sejauh-jauhnya,,,,” (halaman 21)
Asri berdiam diri.Pikirnya, apa sebabnya perkara diserahkan kepadanya.Padahal ia sudah mendapat kabar, bahwa lebih dahulu ibunya sudah menentukan seorang anak gadis baginya. (halaman 29)
e. Tingkah Laku Tokoh
Ä  Asnah diawal cerita digambarkan sebagai anaka yang patuh dan perhatian dan diakhir cerita Anah dkisahkan akhirnya menikah dengan Asri
§  Asnah mengambil sebuah gelas dan sebuah botol dari dalam lemari kaca di dalam balik itu. Isi botol itu, yakni obat yang agak kental dan hitam warnanya, dituangkannya ke dalam gelas itu. (halaman 5)
§  Jadi cita-cita mereka itu tercapai sudah. Asnah telah menjadi istri Asri dengan sah! (halaman 250)
Ä  Asri diawal cerita dikisahkan menikah dengan Sania namun akhir cerita dikasahkan menikah dengan Asnah
§  Saniah sudah beberapa hari jadi istri Asri dan kedua suami istri itupun akan pindah ke rumah gedang. (halaman 125)
§  Jadi cita-cita mereka itu tercapai sudah. Asnah telah menjadi istri Asri dengan sah! (halaman 250)

5. Latar
a. rumah
Ä  rumah gedang
Senantiasa kalau Asri sudah pulang, maka ramailah rumah gedang itu.
(halaman 35)
Ä  rumah Ibu Mariati
Orang muda tiu keluar dalam kamar itu serta diturutkan oleh ibunya dengan matanya yang jernih bersinar-sinar.(halaman 24)
b. alam sekitar
Ä  suasana pagi hari
Hari Jumat pagi-pagi. Matahari sudah. mulai naik dan kebanyakan orang sudah pergi ke pekerjaanya masing- masing.(halaman 165)
Ä  tanda ada orang yang meninggal
Tiba-tiba kedengaranlah bunyi bedil dengan derasnya, menderu dalam udara yang hening dan jernih itu.(halaman 165)

6. Tema
v  sosial
Ä  Salah pilihnya memilih pasangan hidup(halaman 206)
Ia pun menjerit-jerit sekuat-kuatnya.”Talaki, ceraikan aku olehmu, katanya.”Telah puas aku bersuamikan engkau ini!” (halaman 206)
Ä  perhatiannya anak angkat pada ibu angkatnya
(halaman 5)
v  budaya
Ä  adat Minangkabau yang keras menentang pernikahan saudara satu persukuan(halaman 251)

Ä  7. Nilai
v  nilai sosial
Ä  Asri menemukan istri pilihannya
Asnah mengambil sebuah gelas dan sebuah botol dari dalam lemari kaca di dalam balik itu. Isi botol itu, yakni obat yang agak kental dan hitam warnanya, dituangkannya ke dalam gelas itu. (halaman 5)
 (halaman 250)
v  nilai budaya
Ä  orang Minangkabauakhirnya menerima pernikahan Asri dan Asnah
kedua laki istri itu pun disilakan orang keluar dari dalam oto, disambut oleh Dt. bendahara dan beberapa orang penghulu lain serta cerdik dalam negeri. (halaman 262)
8. Sikap Pengarang
Ä  Nur Sutan Iskandar ingin menggambarkan bahwa dalam memilih pasangan hidup tidak hanya dilihat dari harta dan wajahnya saja melainkan dari budi pekertinya.
Ä  Pengarang juga ingin menggambarkan keikhlasan Asnah merelakan Asri menikah dengan Saniah, namun karena ketabahnnya itu akhirnya dia menikah dengan Asri.

9. Tipe Novel
Ä  sosial
Menceritakan liku-liku kehidupan Asri
Ä  budaya
adat Minangkabau yang kental digambarkan







DAFTAR PUSTAKA

Iskandar, Nur Sutan, Salah Pilih .Jakarta: Pt Balai Pustaka Indonesia, 2010

Tidak ada komentar:

Posting Komentar