Rabu, 12 Februari 2014

Analisis Novel Karena Mentua



1. Identitas Novel
Judul                           : Karena Mentua
Pengarang                   : Nut Sutan Iskandar
Penerbit                       : PT Balai Pustaka (persero)
Cetakan                       : 9
Tahun                          : 2011
Cetakan Pertama         : 1932

2. Ikhtisar
Marah Adil, salah seorang salah seorang pelaku utama dalam cerita ini, telah beristeri dengan seorang anak gadis bernama Ramalah. Mereka itu sangat rukun. Hidupnya hanya dari mengerjakan sawah ladangnya. Tetapi mentua Marah Adil yang gila akan kekayaan dan pangkat, tidak senang bermantukan dia. Ada-ada saja usaha untuk menceraikan anaknya dari kekuasaan menantunya itu.
                                                              


    
Pada suatu hari Marah Adil pergi merantau ke Lampung untuk mencari penghidupan baru guna memperbaiki keadaan rumah tangganya, lebih-lebih untuk isterinya Ramalah.
Bukan main senang hati Mak Guna, yakni ibu Ramalah, melihat menantunya pergi itu. Ia terpengaruh oleh kekayaan Sutan Melaka yang baru datang dari Bengkulu dengan isterinya yang sarat dengan perhiasan yang melekat pada tubuhnya. Ia menginginkan bermenantukan Sutan Melaka. Keputusan terjadi dengan akan dinikahkannya Ramalah dengan Sutan Melaka.
Ramalah dibujuk-bujuk oleh ibunya dengan jalan memfitnah Marah Adil yakni dikatakannya bahwa Marah Adil merantau itu hanya untuk berpetualang saja. Ramalah tak percaya akan fitnah itu. Karena ia masih cinta kepada suaminya dan karena hari pernikahan paksa itu telah dekat, maka akhirnya Ramalah mengirimkan telegram kepada Marah Adil agar lekas pulang.
                Bukan main terkejut Mak Guna setelah akan pergi mengantarkan anaknya ke rumah kadi, tiba-tiba melihat Marah Adil datang. Sebaliknya betapa senang hati Ramalah melihat suaminya datang itu tak dapatlah digambarkan.
                Marah Adil kini telah bermodal sedikit, dan ia bermaksud menjadi saudagar kecil di daerahnya. Walaupun demikian namun dendam Mak Guna kepada menantunya itu masih tetap ada. Ada-ada saja sindiran yang dilemparkan kepadanya.







                Pada suatu ketika Mak Guna bertemu dengan Mak Amin, teman sepermainannya dulu. Mak Guna tercengang melihat rumah Mak Amin yang besar dan sarat dengan perhiasan yang mahal-mahal itu. Mak Amin mempunyai seorang anak laki-laki yang bernama Ramli. Ia menjadi komis pos dan telah menikah dengan gadis dari Bandung bernama Suriati.

Timbul dalam hati Mak Guna akan mengambil Ramli menjadi menantunya. Kunjungan bakasan Mak Amin ke rumah Mak Guna menyebabkan Mak Amin terpikat hatinya kepada Ramalah yang cantik itu. Mak Amin mulai benci kepada menantunya.
                Akhirnya Mak Guna dan Mak Amin bersepakat akan menikahkan anaknya. Walaupun Ramalah masih cinta kepada Marah Adil, demikian pula Ramli dengan Suriati, namun mereka itu tak kuasa menolak paksaan ibu mereka itu masing-masing.
            Daya upaya Mak Guna berhasil. Dengan jalan bertengkar lebih dahulu dengan menantunya, berhasillah Mak Guna melepaskan anaknya dari kekuasaan Marah Adil. Karena malu terpaksalah Marah Adil menceraikan isterinya, walaupun hal itu sangat berat baginya.





                Pada suatu hari Ramalah akan dinikahkan dengan Ramli. Ramai benar rumah famili Mak Guna tempat Ramalah akan dinikahkan itu. Sebelum mempelai laki-laki datang, tiba-tiba muncullah Marah Adil dengan pakaian hitam dari belakang dan terus masuk ke dapur. Dengan sebilah pisau ia hendak menghajar Mak Guna untuk membalas dendamnya. Takala hendak menikam Guna, tiba-tiba Ramalah melompat ke hadapan Marah Adil, untuk menggantikan ibunya yang hendak dibunuh itu.
 Ramalah kena tikaman pisau dan seketika itu juga meninggal. Melihat hal itu, seketika itu juga Marah Adil mencabut pisau dari dada Ramalah dan dengan pisau itu juga ia mengakhiri hidupnya.
                Tak berapa lama sesudah peristiwa itu, datanglah Ramli yang akan dinikahkan dengan Ramalah itu. Melihat peristiwa itu, ia pun terus pulang. Di rumah didapatinya Suriati sedang pingsan. Atas nasihat dokter ia harus tinggal di tempat yang berhawa dingin. Maka Ramlli pun pindah ke Bukittinggi.
             








  Setelah agak lama di Bukittinggi, Ramli mengirimkan telegram ke kantor pos pusat, agar ia dipindahkan keluar Sumatera, sekurang-kurangnya keluar dari Minangkabau. Beberapa bulan kemudian Ramli mendapat surat keputusan yang menetapkan bahwa ia dipindahkan ke kantor pos Malang. Setelah itu iapun beserta isterinya meninggalkan ibunya, demikian pula daerahnya yang terkenal karena adat-istiadatnya yang sangat keras itu.
                Kemudian setelah di Malang Ramli dan Suriati mendapat kabar dari ibunya, bahwa Mak Guna telah meninggal karena penyakit jantung.

3. Alur
O  alur awal
F Marah Adil dan Ramalah hidup harmonis
“Dan Adik, pergilah ke surau kecil itu,”kata laki-laki itu pula,”disana Adik mandi dan sembahyang; bukantah tengkolok Adik ada di dalam bungkusan itu?
(halaman 4)

F Marah Adil merantau
Hari itu menurut pendapat orang alim ialah hari yang baik dan saat yang sempurna untuk melangkahkan kaki turun dari rumah, apabila seorang bermaksud hendak pergi mencari rezeki yang halal ke rantau orang,- ke negeri lain.
(halaman 25)


O  alur tengah
F Ramalah dijodohkan dengan Ramli
“Baik, asal kamu memenuhi keinginan ibu itu: nikah jua dengan Ramalah
(halaman 192)
O  alur akhir
F Marah Adil dan Ramalah meninggal
Ramalah terbaring di tanah, darahnya bersemburan.
“Wahai, jiwaku,”seru Marah Adil sambil berlutut  akan memeluk korban itu.Tidak,-seolah-olah luput daripada rasa sesal, terharu dan sayu-rawan, sekonyong-konyong ia pun tersenyum bengis dan berdiri kembali, sambil memungut pisaunya. Dan cepat sebagai kilat ditikamkannyalah pisau itu ke....dadanya sendiri, seraya berkata:”Benar, Lah, agar senang betul hati Ibu, berdua kita hilang.” Ia pun rebah pula di sisi bekas istrinya.....(halaman 231)

4. Pelaku
¾  Penokohan
1. Ramalah
F santun
“Hamba hendak ke tepian, kain sudah banyak yang kotor. Tetapi mengapa Kak...?” kata Ramalah, seraya undur ke belakang selangkah dan bersandar ke daun jendela. (halaman 15)



2. Marah Adil
F ramah
“Hendak ke mana Adik dan apa yang di dalam bakul itu?”katanya (halaman 15)
3. Mak Guna
F Iri
“Ya,” kata Mak Guna dengan suara bertahan-tahan, serta menarik napas panjang,”ya” beruntung benar dia mendapat suami baru...seperti si Taib itu.”
(halaman 78)
4. Ramli
F tidak punya pendirian
Pada keesokannya harinya Ramli tiada dapat berlaku seperti biasa lagi,riang, ramah dan sabar, sebab sudah diganggu oleh kebimbangan pula. (halaman 180)
5. Suriati
F perhatian
O, Li mengapa.....?” kata perempuan itu dengan terengah-engah sehingga dadanya yang bulat penuh itu terangkat-angkat turun naik dengan cepat.”Mengapa?”
(halaman 179)






6. Mak Amin
F mudah terhasut
Sesungguhnya semenjak tinggal di Padang hati Mak Amin sudah nyata berubah terhadap kepada menantunya, lebih-lebih semenjak ia berkarib benar dengan Mak Guna yang biak itu. (halaman 181)

a. Penamaan
F Marah Adil menunjukan orang Padang
“Adik,” kata Marah Adil dengan senyumnya, seraya mengulurkan tangan akan memegang lengan istrinya yang bulat penuh itu... (halaman 17)
F Ramalah menunjukan orang Padang
Ramalah duduk di hadapan suaminya dengan tak berkata sepatah jua pun.
(halaman 17)

b. Pemerian
F paras amat elok
Memang paras Ramalah amat elok. Badannya tidak kecil dan tidak pula besar, tingginyasedang, kulitnya kuning bersih, rata tenang sebagai minyak lelap dan bentuk seluruh anggotanya tak cacat celanya,tiada berlebih atau berkurang (halaman 15)




F juita
Sesudah makan Marah Adil-demikian gelar suami Ramalah yang juita itu-pergi tidur dengan segera. Katanya ,malah sangatvpayah bekerja sehari itu akan tetapi matanya tiadavlekas terpejam, sebab pikirannya melayang ke sana kemari.
(halaman 13)

c. Pernyataan tokoh lain
F perasaan Marah Adil
Ramalah, istriku yang sbar dan tulus itu, dapatlah kusenangkan dan kumanjakan. Tentang perkara rupa......bukan aku sombong,jika takkan lebih tapi sekali-kali paras Ramalah tidak kurang daripada istri orang lain-lain. (halaman 12)
F pemikiran Marah Adil
Dalam pada itu tak pernah putus pertalianku denga Ramalh dan pada waktu ketikanya, hari baik bulan baik, tiada lupa aku mengirim nafakah,- belanja Ramalah! Dan kirimanku itu pun selalu diterimanya dengan suka cita, dengan gembira  setitik dilautkannya, sekepal dibukitkannya. (halaman 61)








d. Percakapan dialog dan monolog
¾  dialog
F percakapan Ramalah dan Marah Adil
.....Sekonyong-konyong  Ramalah berpaling ke belakang dan berseru; Kak, sembahyang isya di rumah, bukan?”
            “Barangkali tidak,”jawab lakinya dari pintu kamar mandi, “lebih baik kunantikan waktu isya di suaru ini.” (halaman 5)
F percakapan Marah Adil dan Ramalah
“Hendak ke mana Adik dan apa yang di dalam bakul itu?”katanya
“Hamba hendak ke tepian, kain sudah banyak yang kotor. Tetapi mengapa Kak...?” kata Ramalah, seraya undur ke belakang selangkah dan bersandar ke daun jendela. (halaman 15)

¾  monolog
F pikiran Marah adil
 Akhirnya ia pun berkata dengan tetap dalam hatinya;Apa gunanya kuhiraukan benar perkara itu? Ada nyawa ada rezeki. Ikhtiar mesti dijalankan.....jika aku sudah sampai ke Lampung kucari akal kelak.”setelah itu ia pun tidur dengan nyenyaknya. (halaman 13)





F perasaan Marah Adil
Seolah-olah ia sudah terbang di atas ang-awang dibawa angan-angan dan pikiran baru;”Kalau aku sudah berniaga, sudah jadi saudagar kelak, walau  saudagar kecil sekalipun, tentu aku takkakn hina benar lagi di mata orang. (halaman 12)

e. Tingkah laku tokoh
F Ramalah diceritakan di awal cerita digambarkan  hidup bahagia dan harmonis bersama suaminya Marah Adil namun dikahir cerita Ramalah meninggal
§  “Dan Adik, pergilah ke surau kecil itu,”kata laki-laki itu pula,”disana Adik mandi dan sembahyang; bukantah tengkolok Adik ada di dalam bungkusan itu? (halaman 4)
§  Ramalah terbaring di tanah, darahnya bersemburan.
“Wahai, jiwaku,”seru Marah Adil sambil berlutut  akan memeluk korban  itu.

F Marah Adil di awal cerita digambarkan giat bekerja dan baik namun diakhir cerita dia menjadi pendendam sampai berniat membunuh mertuanya karena kesal, namun sayang pisaunya salah sasaran malah mengenai istrinya sendiri.




§  Suatu punggung yang tertutup oleh baju daripada kain putih yang telah kumal, kelihatan bergerak dengan perlahan0lahan dan sejurus antaraya tersembulah sebuah kepala di ats dataran hijau di tengah-tengah sebidang sawah yang amat luas. (halaman 1)
§  Marah Adil terccengan sejenak, sedang pisau yang berlumur darah terlepas dari tangannya, Pisau, yang telah mengenai....bukan sasaran yang dimaksudnya. (halaman 231)

5. Latar
¾  rumah
F rumah Ramalah
Dengan pikiran demikian ia pun sampai ke halaman rumah Ramalah, lalu mendehem sedikit akan jai tanda bagi orang yang ada di atas rumah bahwa ia telah datang. (halaman 12)
F rumah mak Amin
Mula-mula Mak Guna terkejut, undur ke belkang, takut, kalau-kalau orang itu hendak mengejar dan mengusir di, seab berdiri di hadpan rumahya.
 (halaman 127 )






¾  alam sekitar
F pemandangan sore hari Marah Adil selesai bekerja di Sawah
Sesungguhnya hari telah rembang petang, matahari sudah condong ke barat, sudah hampir tercecah ke pertemuan puncak bukit dengan tepi langit.
Dua hari kemudian, sedang kapal Van Linschoten yang besar itu dipermain-mainkan gelombang di tengah laut dengan hebatnya , terdengar seru riang gembira di geladak demikian, “Ha, ini dia yang kucari-cari sejak tadi.
 (halaman 28)

6. Tema
1. sosial
F perjodohan antara Ramalah dengan Ramli, walaupun mereka berdua sama-sama mempunyai pasangan
F “Baik, asal kamu memenuhi keinginan ibu itu: nikah jua dengan Ramalah! (halaman 192)
2. moral
F ketamakan mak Guna
“ Rasai olehmu , betapa sakit hatiku selama ini karena tamakmu”
(halaman 231)





F mudah terhasutnya mak Amin(halaman 204)
Sesungguhnya semenjak tinggal di Padang hati Mak Amin sudah nyata berubah terhadap kepada menantunya, lebih-lebih semenjak ia berkarib benar dengan Mak Guna yang biak itu. (halaman 181)

7. Nilai
1.nilai agama 
.....Sekonyong-konyong  Ramalah berpaling ke belakang dan berseru; Kak, sembahyang isya di rumah, bukan? (halaman 5)
2.nilai sosial
§  ketamakan Mak Guna
“ Rasai olehmu , betapa sakit hatiku selama ini karena tamakmu”(halaman 231)
§  penyangnya Ramalah
.......tiba-tiba Ramalah menjerembab ke hadapannnya dengan perkataan:”Wahai kanda, akulah bunuh!Aku yang salah, aku....tak betah menanggung azab semacam ini.” (halaman 231)








8. Sikap Pengarang
F Nur Sutan Iskandar ingin menggambarkan kehidupan rumah tangga yang harmonis walau dalam kesusahan
F Pengarang juga ingin menggambarkan jika seorang mertua ikut campur rumah tangga anaknya, maka rumah tangga anakanya akan ahncur
F Pengarang juga ingin menggambarkan patuhnya seoarang anak pada ibunya yang dilakukan Ramalah dan Ramli

9. Tipe Novel
Sosial karena menggambarkan liku-liku kehidupan rumah tangga Ramalah dan Marah Adil, Liku liku- kehidupan rumah tangga Ramli dan Suriati, ketakan dan keegoisan para mertua yaitu Mak Guna dan Mak Amin.











DAFTAR PUSTAKA

Iskandar, Nur Sutan, Karena Mentua .Jakarta: Pt Balai Pustaka Indonesia, 2011

Tidak ada komentar:

Posting Komentar