1. Identitas Novel
Judul : Karena Mentua
Pengarang : Nut Sutan Iskandar
Penerbit : PT Balai Pustaka
(persero)
Cetakan : 9
Tahun : 2011
Cetakan
Pertama : 1932
2.
Ikhtisar
![]() |
|
Pada
suatu hari Marah Adil pergi merantau ke Lampung untuk mencari penghidupan baru
guna memperbaiki keadaan rumah tangganya, lebih-lebih untuk isterinya Ramalah.
Bukan
main senang hati Mak Guna, yakni ibu Ramalah, melihat menantunya pergi itu. Ia
terpengaruh oleh kekayaan Sutan Melaka yang baru datang dari Bengkulu dengan
isterinya yang sarat dengan perhiasan yang melekat pada tubuhnya. Ia
menginginkan bermenantukan Sutan Melaka. Keputusan terjadi dengan akan
dinikahkannya Ramalah dengan Sutan Melaka.
Ramalah
dibujuk-bujuk oleh ibunya dengan jalan memfitnah Marah Adil yakni dikatakannya
bahwa Marah Adil merantau itu hanya untuk berpetualang saja. Ramalah tak
percaya akan fitnah itu. Karena ia masih cinta kepada suaminya dan karena hari
pernikahan paksa itu telah dekat, maka akhirnya Ramalah mengirimkan telegram
kepada Marah Adil agar lekas pulang.
Bukan main terkejut Mak Guna
setelah akan pergi mengantarkan anaknya ke rumah kadi, tiba-tiba melihat Marah
Adil datang. Sebaliknya betapa senang hati Ramalah melihat suaminya datang itu
tak dapatlah digambarkan.
Marah Adil kini telah bermodal
sedikit, dan ia bermaksud menjadi saudagar kecil di daerahnya. Walaupun
demikian namun dendam Mak Guna kepada menantunya itu masih tetap ada. Ada-ada
saja sindiran yang dilemparkan kepadanya.
Pada suatu ketika Mak Guna
bertemu dengan Mak Amin, teman sepermainannya dulu. Mak Guna tercengang melihat
rumah Mak Amin yang besar dan sarat dengan perhiasan yang mahal-mahal itu. Mak
Amin mempunyai seorang anak laki-laki yang bernama Ramli. Ia menjadi komis pos
dan telah menikah dengan gadis dari Bandung bernama Suriati.
Timbul
dalam hati Mak Guna akan mengambil Ramli menjadi menantunya. Kunjungan bakasan
Mak Amin ke rumah Mak Guna menyebabkan Mak Amin terpikat hatinya kepada Ramalah
yang cantik itu. Mak Amin mulai benci kepada menantunya.
Akhirnya Mak Guna dan Mak Amin
bersepakat akan menikahkan anaknya. Walaupun Ramalah masih cinta kepada Marah
Adil, demikian pula Ramli dengan Suriati, namun mereka itu tak kuasa menolak
paksaan ibu mereka itu masing-masing.
Daya upaya Mak Guna berhasil. Dengan
jalan bertengkar lebih dahulu dengan menantunya, berhasillah Mak Guna
melepaskan anaknya dari kekuasaan Marah Adil. Karena malu terpaksalah Marah
Adil menceraikan isterinya, walaupun hal itu sangat berat baginya.
Pada suatu hari Ramalah akan
dinikahkan dengan Ramli. Ramai benar rumah famili Mak Guna tempat Ramalah akan
dinikahkan itu. Sebelum mempelai laki-laki datang, tiba-tiba muncullah Marah
Adil dengan pakaian hitam dari belakang dan terus masuk ke dapur. Dengan
sebilah pisau ia hendak menghajar Mak Guna untuk membalas dendamnya. Takala
hendak menikam Guna, tiba-tiba Ramalah melompat ke hadapan Marah Adil, untuk
menggantikan ibunya yang hendak dibunuh itu.
Ramalah kena tikaman pisau dan seketika itu
juga meninggal. Melihat hal itu, seketika itu juga Marah Adil mencabut pisau
dari dada Ramalah dan dengan pisau itu juga ia mengakhiri hidupnya.
Tak berapa lama sesudah
peristiwa itu, datanglah Ramli yang akan dinikahkan dengan Ramalah itu. Melihat
peristiwa itu, ia pun terus pulang. Di rumah didapatinya Suriati sedang
pingsan. Atas nasihat dokter ia harus tinggal di tempat yang berhawa dingin.
Maka Ramlli pun pindah ke Bukittinggi.
Setelah agak lama di Bukittinggi, Ramli
mengirimkan telegram ke kantor pos pusat, agar ia dipindahkan keluar Sumatera,
sekurang-kurangnya keluar dari Minangkabau. Beberapa bulan kemudian Ramli
mendapat surat keputusan yang menetapkan bahwa ia dipindahkan ke kantor pos
Malang. Setelah itu iapun beserta isterinya meninggalkan ibunya, demikian pula
daerahnya yang terkenal karena adat-istiadatnya yang sangat keras itu.
Kemudian setelah di Malang
Ramli dan Suriati mendapat kabar dari ibunya, bahwa Mak Guna telah meninggal
karena penyakit jantung.
3.
Alur
O alur
awal
F Marah
Adil dan Ramalah hidup harmonis
“Dan
Adik, pergilah ke surau kecil itu,”kata laki-laki itu pula,”disana Adik mandi
dan sembahyang; bukantah tengkolok Adik ada di dalam bungkusan itu?
(halaman 4)
F Marah
Adil merantau
Hari
itu menurut pendapat orang alim ialah hari yang baik dan saat yang sempurna
untuk melangkahkan kaki turun dari rumah, apabila seorang bermaksud hendak
pergi mencari rezeki yang halal ke rantau orang,- ke negeri lain.
(halaman 25)
O alur
tengah
F Ramalah
dijodohkan dengan Ramli
“Baik,
asal kamu memenuhi keinginan ibu itu: nikah jua dengan Ramalah
(halaman 192)
O alur
akhir
F Marah
Adil dan Ramalah meninggal
Ramalah
terbaring di tanah, darahnya bersemburan.
“Wahai,
jiwaku,”seru Marah Adil sambil berlutut
akan memeluk korban itu.Tidak,-seolah-olah luput daripada rasa sesal,
terharu dan sayu-rawan, sekonyong-konyong ia pun tersenyum bengis dan berdiri
kembali, sambil memungut pisaunya. Dan cepat sebagai kilat ditikamkannyalah
pisau itu ke....dadanya sendiri, seraya berkata:”Benar, Lah, agar senang betul
hati Ibu, berdua kita hilang.” Ia pun rebah pula di sisi bekas istrinya.....(halaman
231)
4.
Pelaku
¾ Penokohan
1. Ramalah
F santun
“Hamba
hendak ke tepian, kain sudah banyak yang kotor. Tetapi mengapa Kak...?” kata
Ramalah, seraya undur ke belakang selangkah dan bersandar ke daun jendela.
(halaman 15)
2. Marah Adil
F ramah
“Hendak
ke mana Adik dan apa yang di dalam bakul itu?”katanya
(halaman 15)
3. Mak Guna
F Iri
“Ya,”
kata Mak Guna dengan suara bertahan-tahan, serta menarik napas panjang,”ya”
beruntung benar dia mendapat suami baru...seperti si Taib itu.”
(halaman 78)
4. Ramli
F tidak
punya pendirian
Pada
keesokannya harinya Ramli tiada dapat berlaku seperti biasa lagi,riang, ramah
dan sabar, sebab sudah diganggu oleh kebimbangan pula.
(halaman 180)
5. Suriati
F perhatian
O, Li
mengapa.....?” kata perempuan itu dengan terengah-engah sehingga dadanya yang
bulat penuh itu terangkat-angkat turun naik dengan cepat.”Mengapa?”
(halaman 179)
6. Mak Amin
F mudah
terhasut
Sesungguhnya
semenjak tinggal di Padang hati Mak Amin sudah nyata berubah terhadap kepada
menantunya, lebih-lebih semenjak ia berkarib benar dengan Mak Guna yang biak
itu. (halaman 181)
a.
Penamaan
F Marah
Adil menunjukan orang Padang
“Adik,”
kata Marah Adil dengan senyumnya, seraya mengulurkan tangan akan memegang
lengan istrinya yang bulat penuh itu... (halaman 17)
F Ramalah
menunjukan orang Padang
Ramalah duduk di
hadapan suaminya dengan tak berkata sepatah jua pun.
(halaman 17)
b.
Pemerian
F paras
amat elok
Memang paras
Ramalah amat elok. Badannya tidak kecil dan tidak pula besar, tingginyasedang,
kulitnya kuning bersih, rata tenang sebagai minyak lelap dan bentuk seluruh
anggotanya tak cacat celanya,tiada berlebih atau berkurang
(halaman 15)
F juita
Sesudah makan
Marah Adil-demikian gelar suami Ramalah yang juita itu-pergi tidur dengan
segera. Katanya ,malah sangatvpayah bekerja sehari itu akan tetapi matanya
tiadavlekas terpejam, sebab pikirannya melayang ke sana kemari.
(halaman 13)
c.
Pernyataan tokoh lain
F perasaan
Marah Adil
Ramalah, istriku
yang sbar dan tulus itu, dapatlah kusenangkan dan kumanjakan. Tentang perkara
rupa......bukan aku sombong,jika takkan lebih tapi sekali-kali paras Ramalah
tidak kurang daripada istri orang lain-lain. (halaman 12)
F pemikiran
Marah Adil
Dalam pada itu tak pernah putus pertalianku denga
Ramalh dan pada waktu ketikanya, hari baik bulan baik, tiada lupa aku mengirim
nafakah,- belanja Ramalah! Dan kirimanku itu pun selalu diterimanya dengan suka
cita, dengan gembira setitik
dilautkannya, sekepal dibukitkannya. (halaman 61)
d.
Percakapan dialog dan monolog
¾ dialog
F percakapan
Ramalah dan Marah Adil
.....Sekonyong-konyong Ramalah berpaling ke belakang dan berseru;
Kak, sembahyang isya di rumah, bukan?”
“Barangkali tidak,”jawab lakinya
dari pintu kamar mandi, “lebih baik kunantikan waktu isya di suaru ini.”
(halaman 5)
F percakapan
Marah Adil dan Ramalah
“Hendak ke mana
Adik dan apa yang di dalam bakul itu?”katanya
“Hamba
hendak ke tepian, kain sudah banyak yang kotor. Tetapi mengapa Kak...?” kata
Ramalah, seraya undur ke belakang selangkah dan bersandar ke daun jendela.
(halaman 15)
¾ monolog
F pikiran
Marah adil
Akhirnya ia pun berkata
dengan tetap dalam hatinya;Apa gunanya kuhiraukan benar perkara itu? Ada nyawa
ada rezeki. Ikhtiar mesti dijalankan.....jika aku sudah sampai ke Lampung
kucari akal kelak.”setelah itu ia pun tidur dengan nyenyaknya. (halaman 13)
F perasaan
Marah Adil
Seolah-olah
ia sudah terbang di atas ang-awang dibawa angan-angan dan pikiran baru;”Kalau
aku sudah berniaga, sudah jadi saudagar kelak, walau saudagar kecil sekalipun, tentu aku takkakn
hina benar lagi di mata orang. (halaman 12)
e.
Tingkah laku tokoh
F Ramalah
diceritakan di awal cerita digambarkan
hidup bahagia dan harmonis bersama suaminya Marah Adil namun dikahir
cerita Ramalah meninggal
§ “Dan Adik, pergilah ke surau kecil
itu,”kata laki-laki itu pula,”disana Adik mandi dan sembahyang; bukantah tengkolok
Adik ada di dalam bungkusan itu? (halaman 4)
§ Ramalah
terbaring di tanah, darahnya bersemburan.
“Wahai,
jiwaku,”seru Marah Adil sambil berlutut
akan memeluk korban itu.
F Marah
Adil di awal cerita digambarkan giat bekerja dan baik namun diakhir cerita dia
menjadi pendendam sampai berniat membunuh mertuanya karena kesal, namun sayang
pisaunya salah sasaran malah mengenai istrinya sendiri.
§ Suatu punggung yang tertutup oleh
baju daripada kain putih yang telah kumal, kelihatan bergerak dengan perlahan0lahan
dan sejurus antaraya tersembulah sebuah kepala di ats dataran hijau di
tengah-tengah sebidang sawah yang amat luas. (halaman 1)
§ Marah Adil terccengan sejenak,
sedang pisau yang berlumur darah terlepas dari tangannya, Pisau, yang telah mengenai....bukan
sasaran yang dimaksudnya. (halaman 231)
5.
Latar
¾ rumah
F rumah
Ramalah
Dengan
pikiran demikian ia pun sampai ke halaman rumah Ramalah, lalu mendehem sedikit
akan jai tanda bagi orang yang ada di atas rumah bahwa ia telah datang.
(halaman 12)
F rumah
mak Amin
Mula-mula
Mak Guna terkejut, undur ke belkang, takut, kalau-kalau orang itu hendak
mengejar dan mengusir di, seab berdiri di hadpan rumahya.
(halaman 127 )
¾ alam sekitar
F pemandangan
sore hari Marah Adil selesai bekerja di Sawah
Sesungguhnya
hari telah rembang petang, matahari sudah condong ke barat, sudah hampir
tercecah ke pertemuan puncak bukit dengan tepi langit.
Dua
hari kemudian, sedang kapal Van Linschoten yang besar itu dipermain-mainkan
gelombang di tengah laut dengan hebatnya , terdengar seru riang gembira di
geladak demikian, “Ha, ini dia yang kucari-cari sejak tadi.
(halaman 28)
6.
Tema
1. sosial
F perjodohan
antara Ramalah dengan Ramli, walaupun mereka berdua sama-sama mempunyai
pasangan
F “Baik, asal kamu memenuhi keinginan
ibu itu: nikah jua dengan Ramalah! (halaman 192)
2. moral
F ketamakan
mak Guna
“
Rasai olehmu , betapa sakit hatiku selama ini karena tamakmu”
(halaman 231)
F mudah
terhasutnya mak Amin(halaman 204)
Sesungguhnya
semenjak tinggal di Padang hati Mak Amin sudah nyata berubah terhadap kepada
menantunya, lebih-lebih semenjak ia berkarib benar dengan Mak Guna yang biak
itu. (halaman 181)
7.
Nilai
1.nilai agama
.....Sekonyong-konyong Ramalah berpaling ke belakang dan berseru;
Kak, sembahyang isya di rumah, bukan? (halaman 5)
2.nilai sosial
§ ketamakan
Mak Guna
“
Rasai olehmu , betapa sakit hatiku selama ini karena tamakmu”(halaman
231)
§ penyangnya
Ramalah
.......tiba-tiba
Ramalah menjerembab ke hadapannnya dengan perkataan:”Wahai kanda, akulah
bunuh!Aku yang salah, aku....tak betah menanggung azab semacam ini.” (halaman
231)
8.
Sikap Pengarang
F Nur
Sutan Iskandar ingin menggambarkan kehidupan rumah tangga yang harmonis walau
dalam kesusahan
F Pengarang
juga ingin menggambarkan jika seorang mertua ikut campur rumah tangga anaknya,
maka rumah tangga anakanya akan ahncur
F Pengarang
juga ingin menggambarkan patuhnya seoarang anak pada ibunya yang dilakukan Ramalah
dan Ramli
9.
Tipe Novel
Sosial
karena menggambarkan liku-liku kehidupan rumah tangga Ramalah dan Marah Adil, Liku liku- kehidupan rumah tangga
Ramli dan Suriati, ketakan dan keegoisan para mertua yaitu Mak Guna dan Mak
Amin.
DAFTAR PUSTAKA
Iskandar,
Nur Sutan, Karena Mentua .Jakarta: Pt
Balai Pustaka Indonesia, 2011
Tidak ada komentar:
Posting Komentar