1.
Identitas Novel
Judul :
Azab dan Sengsara
Pengarang :
Merari Siregar
Penerbit :
PT Balai Pustaka ( persero)
Cetakan :
30
Tahun :
2010
Cetakan Pertama :1936
2.Ikhtisar
![]() |
Karena
pergaulan mereka sejak kecil dan hubungan saudara sepupu, antara Mariamin dan
Aminuddin terjadilah jalinan cinta. Ibu Mariamin, Nuria menyetujui hubungan
itu karena Aminuddin adalah seorang anak yang baik budinya lagipula ia ingin
putrinya dapat hidup berbahagia tidak selalu menderita oleh kemiskinan
mereka.
|
Orang tuanya Amiuddin adalah seorang kepala
kampung,bangsawan kaya dan disegani oleh bawahannya karena sifatnya yang mulia
dan kerajinan kerjanya.
Ayahnya bernama Baginda Diatas dan sifatnya menurun
pada anaknya. Sedangkan keluarga Mariamin adalah keluarga miskin disebabkan
oleh tingkah laku ayahnya almarhum yang suka berjudi, pemarah, mau menang
sendiri,dan suka berbicara kasar. Akibatnya keluarganya jauh miskin hingga
akhir hayatnya, Tohir ( Sultan Baringin ) mengalami nasib sengsara.
Hubungan mereka ternyata tidak mendapat restu dari
Baginda Diatas karena keluarga Mariamim adalah keluarga miskin bukan dari
golongan bangsawan. Suatu ketika Aminuddin memutuskan untuk pergi meninggalkan
Sipirok pergi ke Deli (Medan) untuk bekerja dan berjanji pada kekasihnya untuk
menikah jika saatnya dia telah mampu menghidupinya.
Sepeninggal Aminuddin, Mariamin sering berkirim
surat dengan Aminuddin. Dan ia selalu menolak lamaran yang datang untuk
meminangnya karena kesetiaannya pada Aminuddin. Setelah mendapat pekerjaan di
Medan Aminuddin mengirim surat untuk meminta Mariamin untuk menyusulnya dan
menjadi istrinya. Kabar itu disetujui oleh ibunya Aminuddin ,akan tetapi
Baginda Diatas supaya tidak menyakiti hati istinya diam-diam pergi ke
dukunmenanyakan siapakah jodoh sebenarnya Aminuddin.
Maka dikatakannya bahwa Mariamin bukanlah jodoh
Aminuddin melainkan seorang putri kepala kampung yang kaya dan cantik maaf dan
menyesali segala perbuatanya setelah melihat sifat-sifat Mariamin yang baik.
Beberapa
bulan kemudian Mariamin dinikahkan oleh seorang kerani yang belum
dikenalnya,bernama Kasibun. Yang ternyata Tanpa sepengetahuan Aminuddin,
Baginda Diatas membawa calon menantunya hendak dijodohkan dengan Aminuddin di
Medan.
Ternyata Aminuddin kecewa mendapat bukan pilihannya,
akan tetapi ia tidak dapat menolak keinginan ayahnya serta adat istiadat yang
kuat. Kemudian diberitahukan Mariamin bahwa pernikahannya tidak berdasarkan
cinta dan ia minta maaf serta bersabar menerima cobaan ini.
Mariamin jatuh sakit karena cintanya yang
terhalang. Suatu hari Baginda Diatas datang hendak minta diketahui ia baru
menceraikan istrinya di Medan untuk mengawini Mariamin. Suatu ketika Aminuddin
mengunjungi Mariamin di rumahnya, namun menimbulkan kecurigaan dan rasa cemburu
dalam diri Kasibun.
Kemudian Kasibun menyiksa Mariamin dan merasa tidak
tahan hidup bersama suaminya,ia kemudian melapor pada polisi dan suaminya kalah
perkara dengan membayar denda. Kasibun harus mengaku bersalah dan merelakan
bercerai darinya. Mariamin merasa bersedih dan ia pulang ke Sipirok rumah
ibunya. Badannya kurus dan sakit-sakitan, hingga akhirnya meninggal dunia
dengan amat sengsara.
3.
Alur
ö alur
awal
º Sutan
Baringin jatuh miskin
Akan tetapi karena ia sangat suka berpekara,
maka harta yang banyak itu habis,sawah dan kerbau terjual, akan penutup
ongkos-ongkos perkara, akhir-akhirnya.......jatuh miskin, sedang yang dicarinya
dalam perkara itu tiada seberapa, bila dibandingkan dengan kerugiannya.(halaman
25)
º Mariamin
dan Aminudin menjalin hubungan
“Masih disisni
kau rupanya, Riam,”tanya seorang muda yang menghampiri batu tempat duduk gadis
itu.
Yang ditanya
terkejjut seraya memandang kepada yang datan itu.
(halaman 3-4)
ö alur
tengah
º Aminudin
dijodohkan dengan orang batak
Sekarang
sampailah tulisannku ini kepada kabar meremukan hatimu. Ayah kita sudah datang
ke medan membawa anak yang lain, dan kawan sehidupku.
(halaman
153)
º Mariamin
menikah dengan Kasibun
Kesudahannya ia kawin dngan orang
muda dari Padangsidempuan, orang muda yang tiada dikenalnya, orang muda yang
tiada dicintainya, jodoh yang tak disukainya. (halaman 162)
ö alur
akhir
º Mariamin
meninggal
Hidup Mariamin, pokok cerita ini, telah habis, dan
kesengsaraannya di duni ini telah berkesudahan!
Lihatlah kuburan yang baru itu! Tanahnya
masih merah....itulah tempat Mariamin, anak dara yang saleh itu, untuk
beristirahat selama-lamanya.
(halaman 185)
4.
Pelaku
¾ Penokohan
1.Mariamin
(protagonis)
º perhatian
“Tidak, Mak;ia ada di dapur, nanti
kusuruh dia kemari, supaya ada kawan Mak di sini.”
Setelah
Mariamin menuangkan obat maknya ke dalam cangkir dan cangkir itu diletakkannya
dekat si sakit, ia pun pergilah ke dapur akan bertanak.”
(halaman 7)
2. Aminudin
(protagonis)
º ramah
“Tak usah, riam,” jawab orang muda
itu,”Saya datang ini hanya hendak bersua dengan kau sebenatr saja.Malam ini
saya hendak pergi ke rumah seorang sahabatku yang baru datang dari Deli.”
(halaman 4)
3. Ibu
Mariamin(protagonis)
º sabar
“Ya, anakku! Sudah jauhlan berkurang
rasanya penyakitku, kekkuatanku pun sudah bertambah,” jawab si ibu dengan suara
yang menghiburkan hati anaknya.
(halaman 7)
4. Sutan
Baringin (antagonis)
º suka
menghamburkan uang
Akan tetapi
karena ia sangat suka berpekara, maka harta yang banyak itu habis,sawah dan
kerbau terjual, akan penutup ongkos-ongkos perkara, akhir-akhirnya.......jatuh
miskin,(halaman 24)
5.Baginda
diatas (protagonis)
º perhatian
“Sudahkah tertidur aminuddin?” tanya suaminya setelah sejurus panjang
lamanya ia termenung. (halaman 22)
6.
Ibu Aminuddin (protagonis)
º ramah
“Adinda rasa sudah,” sahut
istrinya.” Tadi ssudah makan, ia terus pergi ke kamarnya, karena ia sudah payah
benar bekerja sehari. (halaman 23)
7.
Marah Sait(antagonis)
º penghasut
“itu mudah,”
jawab Marah Sait serta tersenyum-senyum.”Bukankah sudah lebih dua puluh tahun
ia di rantau? Kalau nanti ditang,katakan saja ia bukan bersaudara dengan
enkgakau.(halaman 98)
8.
Kasibun (protagonis)
º jahat
Ya, kalau dikatakan laki-laki itu
buas dan ganas tabiatnya, kasar disengar telinga, tetapi tiada salahnya lagi.
(halaman 98)
a.
Penamaan
º Mariamin
menunjukan nama orang Sipirok, Sumatra Utara
Mariamin,
begitulah nama gadis itu dan ia dipanggilkan orang Riam, mengamat-amati muka
orang muda itu. (halaman 4)
º Aminuddin
menunjukan nama orang Sipirok, Sumatra Utara
“Apalah salahnya, Aminu’ddin, naik sebenatar, karena
Mak kita pun sudah lama hendak bersua dengan Kakak.” .(halaman 4)
b.
pemerian
º muda
remaja
Perempuan itu sedang muda remaja.
Ia duduk memandang ke pohon beringin yang tepi sungai itu. Akan tetapi,
pandangnya itu lain, yakni matanya saja yang menatap ke sana, tetapi daun
beringin yang bergoyang-goyang itu tak tampak pada matanya, karena ada
sesuatu yang dipikirkannya. .(halaman
2)
º perempuan
muda
“Mengapa Angkangbertanya
lagi?” jawab Mariamin, perempuan muda itu dengan suara yang lembut, karena
itulah kebiasaannya; jarang atau belumlah pernah ia berkata marah-marah atau
merengut, selamanya dengan ramah tamah, lebih-lebih di hadapan anak muda,
sahabatnya yang karib itu. (halaman 4)
c.
pernyataan tokoh lain
º pikiran
Mariamin tentang Kasibun
Patutlah ia
pucat dan kurus,” kata Mariamin pula dalam hatinya,” Seharusnyalah saya menjaga
diriku supaya jangan menjangkit penyakitnya itu kepadaku.
(halaman 169)
º pikiran
ibunda Mariamin
.....,” Demikianlah harapan ibu, akan tetapi anaku
ini sudah tentu melarat di belakang hari, meskipun mereka itu tiada
bersalah.Ya, Allah, ya, Tuhanku, janganlahlah balas dosa orang tuanya kepada
umat-Mu yang tiada bersalah ini
(halaman 112)
d.
Percakapan dialog dan monolog
¾ dialog
º percakapan
Mariamin dengan Aminuddin
“Marilah kita naik, Angkang!”
“Tak usah, riam,” jawab orang muda itu,”Saya datang
ini hanya hendak bersua dengan kau sebenatr saja.Malam ini saya hendak pergi ke
rumah seorang sahabatku yang baru datang dari Deli.”
(halaman 4)
º percakapan
Aminuddin dengan Mariamin
“Bukankah engkau
bersungut-sungut tadi?” tanya Aminuddin,” waktu itu kau berkata: amatlah
sakitnya jadi perempuan.”
“pabila?”
“Waktu kita
menyiangi sawah tadi.”
“Ya, apa
sebabnya Angkakng menanyakan itu?”
“O, bukan; saya hanya hendak
memberi nasihat saja,yakni, haruslah kita sabar menerima pemberian Allah,”
(halaman 38)
¾ monolog
º pikiran ibunda Mariamin
Ia memandang muka Mariamin dengan
mata yang menunjukan, betapa besar cintanya dan kasih sayangnya kepada anaknya
itu.” Ya Allah,ya Tuhanku, kasihanilah hamba-Mu yang miskin ini,” mengucap ia
di dalam hatinya, setelah anaknya pergi ke dapur.
(halaman 7-8)
º pikiran ibunda Mariamin
“
Pada waktu dahulu sudah tentu saya mendapat pemeliharaan yang senang, kalau
saya sakit,” kata perempuan itu dalam hatinya. (halaman 8)
e.
Tingkah laku tokoh
º Mariamin
diawalal cerita digambarkan sebagai anak yang baik dan penurut namun dikahir
cerita Mariamin dikisahkan meninggal memprihatinkan.
·
Setelah
Mariamin menuangkan obat maknya ke dalam cangkir dan cangkir itu diletakkannya
dekat si sakit, ia pun pergilah ke dapur akan bertanak.(halaman
7)
·
Lihatlah kuburan yang baru itu! Tanahnya
masih merah....itulah tempat Mariamin, anak dara yang saleh itu, untuk
beristirahat selama-lamanya.
(halaman 185)
º Aminuddin di awal cerita digambarkan sebagai
seorang yang baik ramh suka menolong namun di akhir cerita dia memilih menikah
dengan wanita pilihan orang tuanya.
·
“Tak usah,
riam,” jawab orang muda itu,”Saya datang ini hanya hendak bersua dengan kau
sebenatr saja.Malam ini saya hendak pergi ke rumah seorang sahabatku yang baru
datang dari Deli.” (halaman 4)
· Sekarang sampailah tulisannku ini
kepada kabar meremukan hatimu. Ayah kita sudah satang ke medan membawa anak
yang lain, dan kawan sehidupku.
(halaman
153)
5.
Latar
a.
rumah
º rumah
Sutan Baringin
Jalan dan lorong
makin sunyi.Laki-laki sedang sembahyanh Magrib dalam mesjid besar dan perempuan
tengah bertanak hendak menyediakan makanan untuknya anak-beranak.Akan tetapi
siapah yang duduk disana, di sebelah rusuk rumah yang beratap ijuk dekat sungai
yang mengalir di tengah-tengah kota Sipirok itu? (halaman
2)
º rumah
orang tua Mariamin
Dalam rumah kecil yang tersebut
sudah sunyi, karena semua sudah diam, masing-masing tidur dengan nyenyaknya.
Hanyalah lampau kecil yang terpasang di tepi dinding itu yang masih menyala dan
cahayanya yang suram itu mencoba-coba melawan dan mengusir kekuatan dewi malam
yang memerintahkan alam ini. (halaman 16)
b.
alam sekitar
º pemandangan
kota Sipirok sore
Dari yang panas
itu berangsur-angsur menjadi dingin, karena matahari, raja siang itu, akan
masuk ke dalam peraduannya, ke balik Gunung Sibualbuali, yang menjadi watas
dataran tinggi Sipirok yang bagus itu. (halaman 1)
º Pemandangan
kota Sipirok semakin sore
Maka angin pun
bertambahlah sedikit kerasnya, sehingga daun dan perlahan-lahan sebagai
menunjukan kegirangannya, karena cahaya yang panas itu sudah bertukar dengan
hawa yang sejuk dan nyaman rasanya.(halaman 1)
6.
Tema
¾ sosial
º perjodohan
antara Aminudin dan orang Batak
Sekarang
sampailah tulisannku ini kepada kabar meremukan hatimu. Ayah kita sudah datang
ke medan membawa anak yang lain, dan kawan sehidupku. (halaman
153)
º Mariamin
menikah dengan Kasibun yang bengis
Kesudahannya ia kawin dngan orang
muda dari Padangsidempuan, orang muda yang tiada dikenalnya, orang muda yang
tiada dicintainya, jodoh yang tak disukainya. (halaman 162)
º Sutan
Baringin yang serakah dan suka berfoya-foya sehingga akhirnya jatuh miskin
Akan tetapi
karena ia sangat suka berpekara, maka harta yang banyak itu habis,sawah dan
kerbau terjual, akan penutup ongkos-ongkos perkara, akhir-akhirnya.......jatuh
miskin, sedang yang dicarinya dalam perkara itu tiada seberapa, bila
dibandingkan dengan kerugiannya.(halaman 25)
7.
Nilai
¾ nilai
agama
Marilah
kita menyerahkan diri kepada Tuhan Yang Esa,” ujar orang muda itu, seraya
menjabat tangan anak dara kecintaannya itu. (halaman 7)
¾ nilai
sosial
º perjodohan
Aminuddin dengan orang batak (halaman
155)
Sekarang
sampailah tulisannku ini kepada kabar meremukan hatimu. Ayah kita sudah datang
ke medan membawa anak yang lain, dan kawan sehidupku. (halaman
153)
º Mariamin
dijodohkan karena sudah dewasa
Kesudahannya ia kawin dngan orang
muda dari Padangsidempuan, orang muda yang tiada dikenalnya, orang muda yang
tiada dicintainya, jodoh yang tak disukainya. (halaman 162)
¾ nilai
budaya
º Adat
Minangkabau melarang pernikahan yang satu marga
Maka barang
siapa yang hendak kawin, tiadalah boleh mengambil orang yang semarga dengan
dia. Umpanya laki-laki marga Siregar tiada boleh mengambil perempuan maraga
siregar, meskiun mereka itu sudah jauh antaranya;artinya nenek-nenek moyang
mereka itu, yang hidup beratus-satus tahun dahulu, yang bersaudara.
(halaman 139)
8.
Sikap pengarang
º Merari
Siregar ingin menggambarkan adat Minangkabau yang keras
º pengarang
juga ingin menggambarkan keserakahan Sutan Baringin sehingga mengakibatkan Azab
dan kemelaratan bagi keluargananya
º Pengarang
juga ingin menggambarkan kerasnya adat Minangkabau membuat Mariamin semakin
sengsara karena adat Minangkabau yang melarang menikah dengan semarga akhirnya
Mariamin menikah dengan Kasibun yang bengis.
9.
Tipe novel
º sosial,
karena banyak menceritakan kawin paksa, keserakahan, kemelaratan, kesengsaraan
dan lika=liku hidup berumah tangga,
DAFTAR PUSTAKA
Siregar, Merari, Azab dan Sengsara.Jakarta: Pt Balai Pustaka Indonesia, 2010
Tidak ada komentar:
Posting Komentar