Kamis, 30 Januari 2014

Analisis Novel Layar Terkembang (novel klasik)


1. Identitas Novel
Judul               :Layar Terkembang
Pengarang       :St.Takdir Alisjahbana
Penerbit           :Pt.BalaiPustakaIndonesia       (persero)
Cetakan            : 41
Tahun               : 2010
( Cetakan pertama : 1937)


2. Ikhtisar
                                                Novel ini berkisah tentang Tuti seorang gadis Pendiam yang berpendirian teguh itu aktif dalam kegiatan organisasi Putri Sedar, Tuti mengajar di HIS Arjuna yang berlokasi di Petojo. Ia memiliki seorang adik bernama Maria yang lincah dan periang. Maria masih duduk sebagai murid di HBS Carpencier Alting Stichting. Mereka putri dari mantan wedana di daerah Banten yaitu R Wiriaatmaja , Kedua kakak beradik itu bagai langit dengan bumi.
            Saat Tuti dan Maria asyik melihat-lihat akuarium di pasar ikan, saat itulah mereka bertemu dengan seorang pemuda bernama Yusuf, mahasiswa sekolah kedokteran di Jakarta, putra seorang demang di Martapura, Sumatra Selatan. Pertemuan itu rupanya meningggalkan kesan yang mendalam di hati Yusuf. Pemuda itu terpikat pada sosok Maria yang digambarkan sangat berlawanan dengan Tuti.
            Akhirnya Maria menjalin hubungan dengan Yusuf, sementara Tuti bergelut dengan berbagai aktivitas di organisasinya. Hubungan Maria dan Yusuf sangat hangat, hal itulah yang membuat hati Tuti merintih, sehingga sebagai wanita normal Tuti juga ingin merasakan hal yang sama, namun karena Tuti pribadi yang memegang teguh prinsif sehingga imbasnya banyak laki-laki yang ditolak Tuti karena dianggap tidak sefaham dengannya.
            Kebahagiaan Maria dan Yusuf terguncang karena Maria terserang penyakit TBC. Karena penyakit itulah Maria tidak jadi bersanding dengan Yusuf, namun sebelum Maria meninggal dia mempersatukan terlebih dahulu Tuti dan Yusuf.

3. Alur
1. Alur Awal
d Diawali dari Tuti dan Maria memasuki tempat aquarium untuk liburan
Pintu yang berat itu berderit terbuka dan dua orang gadis masuk ke dalam gedung akuarium. Keduanya berpakaian cara barat; yang tua dahulu sekali masuk memakai jurk toboralko putih bersahaja yang berbubga biru kecil-kecil. Rambuntnya bersanggul model Sala, berat bergantung pada kuduknya.Yang muda, yang lena mengiring dari belakang, memakai rok pual sutra yang cokelat warnanya serta blus pual sutra yang kekuning-kuningan. (halaman 2)
d Tuti dan Maria  saat bertemu Yusuf
....Setelah selesai pula, mereka melihat-lihat sekeliling gedung itu, dan akhirnya menuju mendekati sepeda mereka masing-masing. Ketika itu, keluar pula pemuda itu dari dalam dan ia pun menghampiri kedua gadis itu, sebab sepedanya terletak dekat sepeda mereka. (halaman 8)
2. Alur tengah
d Tuti yang sibuk mengetik untuk untuk persiapan laporan kongres
   Sejak dari sudah makan pukul delapan tadi Tuti mengetik dalam kamarnya. Sedikit lagi ia harus mengerjakan persiapan laporan kongres. Perikatan Perkumpulan Perempuan di Sala yang terserah kepadanya. Di atas meja tulis yang penuh berserakan kertas telah tinggi tertumpuk kertas bertik yang akan dicetak. Sekarang ia hanya membuat kata pendahuluan saja lagi, sehalaman atau dua.
(halaman 88)


d Maria dan Yusuf bertunangan
    Maria tahu siapa yang dimaksud bibinya dengan “dia”, ialah Yusuf, tunangannya. Lalu jawabnya seperti tiada acuh,”Pesan itu disampaikan Emang, tetapi dia tidak disini sekarang, sudah berangkat lima hari yang lalu kepada orang tuannya di Martapura mendengar keputusan ujian saya. (halaman 100)

3. Alur akhir
d Maria meminta Yusuf bersanding dengan Tuti
.....Alangkah berbahagia saya  rasanya di akhirat nanti, kalau saya tahu bahwa kakandaku berdua hidup rukun dan berkasih-kasihan seperti kelihatan kepada saya dalam beberapa hari ini.... (halaman 192)
d Maria meninggal
 Pada batu nisan pualam putih yang berukir tepinya, tertulis dengan air emas yang berkilat-kilat:
     Maria berpulang...Januari 193...usia 22 tahun. ( halaman 196)
d Tuti dan Yusuf bertunangan
 Payah berjuang melawan berbagai-bagai perasaan mengharukan kalbunya. Tuti mendekatkan dirinya kepada Yusuf dan laksana tunangannya itu sudah tahu akan perasaan yang berkecamuk dalam dirinya, kataya mesra berbisik sebagai menyambung.” Tetapi Yusuf, hidup kita ialah kerja. (halaman 197)





4. Pelaku
Ä  Penokohan
1. Tuti (Protagonis)
d Kukuh pendirian
Yang seorang tegap dan kukuh pendirian, tak suka beri-memberi, gelisah bekerja dan berjuang untuk cita-cita yang menurut pikirannya mulia dan luhur.
(halaman 4)
2. Maria (Protagonis)
d ceria
    Yang lain perempuan dalam arti penjelmaan pancaran perasaan yang tiada terhambat-hambat, berlimpah-limpah menggenangi segala sesuatu di sekitarnya dengan kepenuhan kalbunya. (halaman 4)
3. Yusuf (Protagonis)
d ramah
 Kenalkah zus berdua akan orang banyak itu?” tanya pemuda itu, yang sejak dari tadi tiada juga melepas-lepaskan pandangannya dari pemuda-pemuda Eropa yang menuju ke akuarium.( halaman 8)
4. R. Wiriaatmaja ( protagonis)
d penyayang
    memaksa anaknya itu menurut kehendaknya tiada sampai hatinya, sebab sayangnya kepada Tuti dan Maria tiada terkata-kata, apalagi sejak berpulang istrinya dua tahun yang lalu. (halaman 14)


5. Partadiharja (antagonis)
d mudah tersinggung
“ Apa katamu?” ujar parta dengan suara yang agak keras sedikit mendengar ucapan keponakannya yang menyangkal katanya itu.” (halaman 29)
6. Istri Partadiharja (Protagonis)
d perhatian
“ Untung benar selekas itu engkau mendapat pekerjaan, belum seminggu lagi ujianmu selesai....” (halaman 99)
7.Sukarto (Protagonis)
d setia kawan
 Sukarto yang telah lama tiada bertemu dengan temannya itu sama gembira melihat Yusuf datang mengunjunginya. ( halaman 54)
8. Ayah Yusuf            (Protagonis)   
d perhatian
Seolah-olah terkejutlah ia ketika orang tua itu bertanya ,”Mengapa engkau termenung?” (halaman 52)
9. Ibunya Yusuf (Protagonis)
d penyayang
 ..... mendengar itu, bundanya yang belum puas bercampur dengan anaknya yang tunggal itu, membantah dan mencoba menahan Yusuf. (halaman 62)
10. Ratna (Protagonis)
d baik
Berat Tuti dan Yusuf mengangkat badannya dari meja makan sesudah makan malam. Sebab meskipun dengan bersahaja Ratna selalu berkata bahwa makanan yang dapat disajkannya kepada mereka hanyalah makanan orang tani di desa,...
(halaman 180)



11. Saleh (Protagonis)
d penyayang
“carilah  sendiri , saya tiada hendak menggerakannya,” kata Saleh dan dalam suaranya menggetar perasaan kebanggaan akan istrinya yang dicintainya.
( halaman 181)
a. Penamaan
d Tuti dan Maria menunjukan orang Banten
Tuti yang tertua di antara dua saudara itu, telah dua puluh lima tahun usinya, sedangkan adiknya Maria baru dua puluh tahun...... ( halaman 2)
d R. Wiriaatmaja menunjukan orang Banten
 mereka adalah anak Raden Wiriaatmaja, bekas wedana di daerah Banten, yang pada ketika itu hidup dengan pensiunannya di Jakarta bersama kedua anaknya. Itu... ( halaman 2)
d Yusuf menunjukan orang Martapura
Telah sepuluh hari Yusuf pada orang tuanya di Martapura. Dalam sepuluh hal ini sesungguhnya ia melepaskan lelah, sesudah ujiannya untuk doktoral pertama dan kedua berturut-turut. ( halaman 50)
d Sukarto menunjukan orang Martapura
 Sukarto yang telah lama tiada bertemu dengan temannya itu amat gembira melihat Yusuf datang mengunjunginya. Sampai tengah malam masih terang nyala lampu gasolin di rumah doktor di negeri yang dingin itu. ( halaman 54)
5. Saleh dan Ratna menunjukan orang Jakarta
.....Sejurus ia melihat ke kiri ke kanan, tampak kepadanya Yusuf dengan Saleh dan Ratna yang datang menjemputnya, sebab telah diberitakannya bahwa ia akan sampai hari itu. ( halaman 164)





b. Pemerian
d yang muda yang lena
....Yang muda, yang lena mengiring dari belakang, memakai rok pual sutra yang cokelat warnanya serta blus pual sutra yang kekuning-kuningan. ( halaman 2)
d manis rupanya
 Tangan itu yang panjang terbuat dari geogette yang halus berkerut-kerut, mengembang di pergelangan tangan, sangat manis rupanya. ( halaman 2)
d laki-laki muda
Laki-laki muda itu terus melangkah seraya meluruskan kopiahnya yang sudah lurus, dengan tiada berpikir sedikit jua pun. ( halaman 7)
d Senyum
Ucapannnya itu keluar dari mulutnya dengan senyum. ( halaman 35)
d Pesona kekaguman
“Ya,” kata Yusuf perlahan-lahan melepaskan dirinya dari pesona kekaguman mendengar ucapan Tuti. ( halaman 37)

c. pernyataan tokoh lain
d pendapat Wiriaatmaja tentang Tuti
Memaksa  anaknya itu menurut kehendaknya tiada sampai hatinya, sebab sayangnnya kepada Tuti dan Maria tiada terkata-kata, apalagi sejak berpulang istrinya dua tahun yang lalu. ( halaman 14)
d Pendapat Yusuf tentang  pembicaraan Parta
 Selama percakapan tentang Saleh itu Yusuf tiada mengeluarkan sepatah jua pun, terutama sekali sebab orang yang dipercakapkannya itu tiada dikenalnya, dan kedua, segan ia mengeluarkan pikirannnya kepada Partadiharja yang baru dikenalnya padan petang itu. ( halaman 32)
d Pendapat Tuti tentang hubungan Maria dengan Yusuf
.....Melihat Maria saja benci hatinya, apalagi jika ia sedang bersama-sama Yusuf. Gerak-gerik mereka, pandangan mereka yang berbahagia dan percakapan mereka yang mesra berbisik, tiada terlihat olehnya dan sebab itu ia selalu menjauhkan dirinya dari orang berdua itu. ( halaman 90)
d Pendapat Tuti tentang Maria dan Yusuf yang berbincang-bincang
Tiada tahu berapa lamanya ia duduk di dalam kelam memperhatikan Yusuf dan Maria. Hanya suara mereka berbisi-bisik yang kedengaran kepadanya, tiada habis-habisnya. Bermacam-macam pikiran timbul dalam hati Tuti melihat kebahagiaan keduanya dalam terang bulan itu,” Apa-apakah yang diceritakan mereka, tiada putus-putusnya itu?” ( halaman 95)

d. Dialog
d Maria dengan parta
“ Apa engkau lihat di dapur tadi, Tuti,” tanya maria kepada kakanya dan sambil ia melihat kepada kakaknya ia berkata,”Dengan apa kami dijamu nanti, embik.....?
“ Masakah orang dijamu bertanya serupa itu ,” ujar Parta menngangu maria.”
( halaman 101)
d Pebincangan parta dengan istrinya
“Maria orang yang beruntung,”kata parta.”
“ Ya sangan beruntung ,” sambung istrinya.” ( halaman 103)
d Maria dengan Tuti
“sudah lamakah engkau berdua  datang?”tanyanya kepada kakaknya sebab ia sendiri datang lebih dahulu, karena harus serta mengatur malam keramaian itu.
“Kami baru masuk benar,”Jawab Tuti.”Ramai benar orang datang malam ini.”
 ( halaman 110)
d Maria dan Yusuf
“.....Tetapi Yusuf tidakkah engkau lihat bahwa tuti waktu yang akhir ini amat berubah.?
Berubah bagaimana maksudmu ?Mengapa pikiranmu tiba-tiba sampai ke sana?”
( halaman 135)

d Juru rawat dan maria
......Kepada  Maria juru rawat yang baik itu budi itu berkata membesarkan hati.” Sekarang tinggal kita saja lagi. Kita akan dapat main lagi seperti dahulu. Benar tidak Maria? ( halaman 192)

Ä  Monolog
d Perasaan maria
“......wahai, Yusuf , tolonglah adikmu ini. Semuda ini lagi, mestikah sekalian harapan itu terbuang saja, O, Yusuf manakah engkau, manakah  engkau?”
( halaman 167)

d Perasaan Yusuf tentang keindahan alam
“ Alangkah indah-indahnya?” katanya kepada dirinya sendiri. Tetapi pada saat itu seakan-akan insaf ia akan keganasannya menjatuhan buah-buahan  itu dari tempat gantungannya,.... ( halaman 56)
d keraguan Maria
“Tidak, tidak,” kata Maria dalam hatinya.”Yusuf tiada berubah hatinya kepada saya.” Dalam seminggu ini hal itu nyata benar terasa kepadanya.....
( halaman 167)
d pemikiran Maria
Senyum dipaksa membayang pada muka yang berjorokkan tulang itu menyerupai seringai dan berat mengeluh selaku sesudah perjuangan batin yang hebat berkatalah Maria,”O,’ Suf, nikmat benar hidup di dunia ini.”(halaman 190)
d bayangan Maria
 Dan pagi-pagi ini pertanyaan itu lebih-lebih datang menyesak dalam hatinya.”Kalau begini, rasa-rasnya saya hanya menunggu waktunya saja lagi. Betapkah akan rasanya mati, tidak lagi melihat dan mendengar, meninggalkan segala yang dikasihi dan disayangi untuk selama-lamanya..... “( halaman 166-167)



e. Tingkah laku tokoh
d Maria
            Diawal diceritakan sebagai gadis yang ceria, namun di akhir cerita dia mengidap TBC sehingga akhirnya meninggal.
Ä  Yang lain perempuan dalam arti penjelmaan pancaran perasaan yang tiada terhambat-hambat, berlimpah-limpah menggenangi segala sesuatu di sekitarnya dengan kepenuhan kalbunya. (halaman 4)
à Maria sudah dua hari tinggal di C.B.Z. Penyakit malarianya terang ditambah oleh penyakit batuk darah yang tiba-tiba memecah keluar. (halaman 150 )
à    Pada batu nisan pualam putih yang berukir tepinya, tertulis dengan air emas yang berkilat-kilat:
          Maria berpulang...Januari 193...usia 22 tahaun.(halaman 196)
d Tuti
Di awal diceritakan sebagai perempuan pintar,aktif, teguh pada pendirian, namun di akhir cerita Tuti berubah menjadi lebih peka dan bisa mmenerima pendapat orang lain.
Ä  Yang seorang tegap dan kukuh pendirian, tak suka beri-memberi, gelisah bekerja dan berjuang untuk cita-cita yang menurut pkirannya mulia dan luhur. (halaman 4)
à Tuti mendekatkan drinya kepada Yusuf dan laksana tunamgannya itu sudah tahu akan perasaan yang berkecamuk dalam hatinya, kata mesra berbisik sebagai penyambung.: “Tetapi Yusuf, hidup kita ialah kerja.” (halaman 198)




d Yusuf
Di awal cerita dikisahkan sebagai pemuda yang suka dengan gadis yang ceria seperti Maria, namun di akhir cerita Yusuf bertunangan dengan Tuti.
Ä  Pendek  dan jelas, hampir tak ada yang penting sedikit jua pun isinya, tetapi bagi Yusuf tiap-tiap perkataan itu mempunyai arti yang lain. Sedap dan nikmat perkataan itu menari-nari di dalam kalbunya. (halaman 50)
à Tuti mendekatkan dirinya kepada Yusuf dan laksana tunangannya itu sudah tahu akan perasaan yang berkecamuk dalam hatinya,.....
( halaman 198)

5. Latar
a. Rumah
d rumah R Wiriaatmaja (orang tua Tuti dan Maria)
 Di beranda rumah , Maria dan Tuti disapa oleh ayah mereka yang duduk siap berpakaian setelan, membaca menghadap meja yang penuh tumpukan koran,.... (halamann 13)
d rumah orang tua Yusuf
Pada suatu petang ketika sedang membalik-balik koran ayahnya di serambi depan, datanglah opas pos membawa setumpukan surat dan koran.(halaman 51)
d rumah Saleh dan Ratna
Berat Tuti dan Yusuf mengangkat badannya dari meja makan sesudah makan malam. Sebab meskipun dengan bersahaja Ratna selalu berkata bahwa makanan yang dapat disajkannya kepada mereka hanyalah makanan orang tani di desa,...
(halamann 180)


b. Alam sekitar
d perasaan Yusuf
 Pada suatu tempat ia merencah air , menuju ke tengah melawan omabak yang bertalu-talu datang memukulnya, seakan-akan hendak mengusir dia pulang ke darat kembal. (halamann 58)
d  perjalanan Yusuf
 Dari tanah naik menjalar batang bouganville yang timbun sedang berbunga, lembayung merah yang mesra yang amat permai rupanya terbayang pada cat rumah yang putih bersih itu.” (halamann 62)
d Keadaan Maria
 Pada suatu pagi  amat permainya matahari pagi bersinar di lereng Gunung Gede. Sekalian orang sakit telah keluar, hanya tinggal beberapa orang saja lagi yang tiada boleh berjalan. (halamann 155 )

6. Tema
Ä  Sosial
d perjuangan Tuti menggerakkan organisasi Putri Sedar, yang bertujuan untuk membangkitkan semangat perempuan-perempuan supaya menjadi sosok perempuan baru.
Hitam-hitam sekali penghidupan perempuan bangsa kita di masa yang silam, lebih htam, lebih kelam dari malam yang gelap.Perempuan bukan manusia seperti lak-laki yang mempunyai pikiran dan pemandangan sendiri, yang mempunyai hidup sendiri, perempuan hanya hamba sahaya,.... (halamann 40)
d Maria dan Yusuf yang saling jatuh cinta.
Pendek  dan jelas, hampir tak ada yang penting sedikit jua pun isinya, tetapi bagi Yusuf tiap-tiap perkataan itu mempunyai arti yang lain. Sedap dan nikmat perkataan tu menari-nari di dalam kalbunya. (halaman 50)
d Maria yang memempersatukan Tuti degan Yusuf.
“.... Alangkah berbahagia saya rasanya di akhirat nant, kalau saya tahu bahwa kakandaku berdua hidup rukun dan berkasih-kasihan seperti kelihatan kepada saya dalam beberapa hari ini” ( halaman 192)
d R Wiriaatmaja yang memberikan kebebasan memilih jalan hidup maupun pasangan pada anak-anaknya.
R. Wiriaatmaja menundukan kepalanya pula membaca korannya. Perkataan anaknya itu tiada sedikit jua janggal terdengar kepadanya. Ia biasa memberikan kebebasan sebesar-besarnya kepada anaknya. ( halaman 13)
d Saleh yang berani berhenti dari pekerjaannya, untuk menggeluti pekerjaan yang sesuai keinginan.
“ Saya tidak mengerti sekal-kali bagamana pikiran Saleh, maka ia minta berhenti dengan tiada berbicara lagi dengan famili.” ( halaman 28)
d Ratna yang setia mendampingi Saleh, namun tetap bisa berkarya.
“ .... Tidak saya sangka engkau sepandai itu mengarang, Ratna. Telah banyakkah engkau menulis yang serupa itu” ( halaman 185)

7. Nilai
1. Nilai Sosial
d Tuti aktif berjuang menggagas visi perempuan baru.
  Dimanakah pula dahulu orang tua berdaya upaya hendak  mengajar anaknya pengetahuan yang lain daripada yang perlu untuk perkawinan seperti memasak dan menjahit? sampai sekarang masih sering kita mendengar orang tua berkata,” Apa gunanya anak masuk  sekolah ini atau sekolah anu? sekaliannya itu akan percuma saja, sebab kesudahannya ia masuk dapur juga.” ( halaman 46)

2. Nilai Agama
d Tuti bersifat  sekularisme atau memisahkan masalah agama dengan kehidupan.
“ Bagi saya sendiri, saya pun sebenarnya tiada  tertarik kepada agama serupa dipakai orang di kampung-kampung. kehormatan orang kampung itu kehormatan membabi buta, oleh sebab mereka sendiri tiada dapat dan tiada sanggup mendalami hakikat agama yang mereka junjung.” ( halaman 36)
3. Nilai Budaya
d tuti dan Maria menggunakan baju gaya barat.
 ..... Keduanya berpakaian cara barat; yang tua dahulu sekali masuk memakai jurk tobrakol putih  bersahaja yang berbunga kecil-kecil. Rambutnya bersanggul model Sala, berat bergantung pada kuduknya. Yang muda, yang lena mengiring dari belakang, memakai rok pual sutra yang cokelat warnanya serta blus pual sutra yang kekuning-kuningan. ( halaman 2)

8. Sikap pengarang
d Sutan Takdir Alisjahbana  ingin menyuguhkan 2 model wanita yang berbeda karakter. Tuti yang mewakili model wanita masa kini dan yang akan datang, sedangkan Maria yang mewakili model wanita masa lampau.
d  Sutan Takdir Alisjahbana juga  mengggambarkan sosok Ratna yang mampu menyadarkan tuti bahwa yang terpenting bukan gagasan-gagasan yang hanya dipikirkan, dirasakan, dan diucapkan saja melainkan lebih penting terjun langsung mengerjakannya.
d  Sutan Takdir Alisjahbana juga menggambarkan kriteria perempuan modern yaitu:
Ä  berpendidikan
Ä  mendahulukan pikiran dari perasaan
Ä  berperan aktif melakukan perubahan sosial
Ä   tidak melupakan kodratnya sebagai wanita,
Ä  menjadi mitra sejajar bagi suami
Ä  mampu menuangkan gagasan melalui lisan maupun tulisan.
d Menggambarkan hubungan Maria dan Yusuf yang hangat
d Menggambarkan seorang ayah yang baik, penyayang, perhatian
d menggambarkan Yusuf yang rela berkorban untuk bertunangan dengan kakak kekasihnya, demi cintannya pada Maria
d Menggambarkan sosok Ratna yang setia mendampingi suaminya namun tetap bisa berkarya
d  Menggambarkan sosok Saleh yang berani mengambil keputusan berat untuk berhenti kerja di kantor untuk menekuni pekerjaan yang diminatinya.


9. Tipe Novel
            Termasuk novel sosial karena lebih banyak menggambarkan kisah perempuan-perempuan aktif yang melakukan perubahan sosial, lalu dibumbui dengan kisah percintaan yang mengharukan antara Maria, Yusuf, dan Tuti.





RR






DAFTAR PUSTAKA

Alisjahbana, St Takdir, Layar Terkembang.Jakarta: Pt Balai Pustaka Indonesia, 2010