![]() |
1. Identitas
Novel
Judul :Layar Terkembang
Pengarang :St.Takdir Alisjahbana
Penerbit :Pt.BalaiPustakaIndonesia (persero)
Cetakan : 41
Tahun : 2010
( Cetakan pertama : 1937)
|
2.
Ikhtisar
Novel ini berkisah tentang Tuti
seorang gadis Pendiam yang berpendirian teguh itu aktif dalam kegiatan
organisasi Putri Sedar, Tuti mengajar di HIS
Arjuna yang berlokasi di Petojo. Ia memiliki seorang adik bernama Maria
yang lincah dan periang. Maria masih duduk sebagai murid di HBS Carpencier Alting Stichting. Mereka
putri dari mantan wedana di daerah Banten yaitu R Wiriaatmaja , Kedua kakak
beradik itu bagai langit dengan bumi.
Saat Tuti dan Maria asyik melihat-lihat akuarium di pasar
ikan, saat itulah mereka bertemu dengan seorang pemuda bernama Yusuf, mahasiswa
sekolah kedokteran di Jakarta, putra seorang demang di Martapura, Sumatra
Selatan. Pertemuan itu rupanya meningggalkan kesan yang mendalam di hati Yusuf.
Pemuda itu terpikat pada sosok Maria yang digambarkan sangat berlawanan dengan
Tuti.
Akhirnya Maria menjalin hubungan dengan Yusuf, sementara
Tuti bergelut dengan berbagai aktivitas di organisasinya. Hubungan Maria dan
Yusuf sangat hangat, hal itulah yang membuat hati Tuti merintih, sehingga
sebagai wanita normal Tuti juga ingin merasakan hal yang sama, namun karena
Tuti pribadi yang memegang teguh prinsif sehingga imbasnya banyak laki-laki
yang ditolak Tuti karena dianggap tidak sefaham dengannya.
Kebahagiaan Maria dan Yusuf terguncang karena Maria
terserang penyakit TBC. Karena penyakit itulah Maria tidak jadi bersanding
dengan Yusuf, namun sebelum Maria meninggal dia mempersatukan terlebih dahulu
Tuti dan Yusuf.
3.
Alur
1.
Alur Awal
d Diawali
dari Tuti dan Maria memasuki tempat aquarium untuk liburan
Pintu yang berat itu berderit
terbuka dan dua orang gadis masuk ke dalam gedung akuarium. Keduanya berpakaian
cara barat; yang tua dahulu sekali masuk memakai jurk toboralko putih bersahaja
yang berbubga biru kecil-kecil. Rambuntnya bersanggul model Sala, berat
bergantung pada kuduknya.Yang muda, yang lena mengiring dari belakang, memakai
rok pual sutra yang cokelat warnanya serta blus pual sutra yang
kekuning-kuningan. (halaman 2)
d Tuti
dan Maria saat bertemu Yusuf
....Setelah
selesai pula, mereka melihat-lihat sekeliling gedung itu, dan akhirnya menuju
mendekati sepeda mereka masing-masing. Ketika itu, keluar pula pemuda itu dari
dalam dan ia pun menghampiri kedua gadis itu, sebab sepedanya terletak dekat
sepeda mereka. (halaman 8)
2.
Alur tengah
d Tuti
yang sibuk mengetik untuk untuk persiapan laporan kongres
Sejak dari sudah makan pukul delapan tadi
Tuti mengetik dalam kamarnya. Sedikit lagi ia harus mengerjakan persiapan
laporan kongres. Perikatan Perkumpulan Perempuan di Sala yang terserah
kepadanya. Di atas meja tulis yang penuh berserakan kertas telah tinggi
tertumpuk kertas bertik yang akan dicetak. Sekarang ia hanya membuat kata
pendahuluan saja lagi, sehalaman atau dua.
(halaman
88)
d Maria
dan Yusuf bertunangan
Maria tahu
siapa yang dimaksud bibinya dengan “dia”, ialah Yusuf, tunangannya. Lalu
jawabnya seperti tiada acuh,”Pesan itu disampaikan Emang, tetapi dia tidak
disini sekarang, sudah berangkat lima hari yang lalu kepada orang tuannya di
Martapura mendengar keputusan ujian saya. (halaman 100)
3.
Alur akhir
d Maria
meminta Yusuf bersanding dengan Tuti
.....Alangkah
berbahagia saya rasanya di akhirat
nanti, kalau saya tahu bahwa kakandaku berdua hidup rukun dan berkasih-kasihan
seperti kelihatan kepada saya dalam beberapa hari ini....
(halaman 192)
d Maria
meninggal
Pada batu nisan pualam putih yang berukir
tepinya, tertulis dengan air emas yang berkilat-kilat:
Maria berpulang...Januari 193...usia 22
tahun. ( halaman 196)
d Tuti
dan Yusuf bertunangan
Payah berjuang melawan berbagai-bagai perasaan
mengharukan kalbunya. Tuti mendekatkan dirinya kepada Yusuf dan laksana
tunangannya itu sudah tahu akan perasaan yang berkecamuk dalam dirinya, kataya
mesra berbisik sebagai menyambung.” Tetapi Yusuf, hidup kita ialah kerja.
(halaman 197)
4.
Pelaku
Ä Penokohan
1.
Tuti (Protagonis)
d Kukuh
pendirian
Yang seorang tegap dan kukuh
pendirian, tak suka beri-memberi, gelisah bekerja dan berjuang untuk cita-cita
yang menurut pikirannya mulia dan luhur.
(halaman 4)
2. Maria (Protagonis)
d ceria
Yang
lain perempuan dalam arti penjelmaan pancaran perasaan yang tiada
terhambat-hambat, berlimpah-limpah menggenangi segala sesuatu di sekitarnya
dengan kepenuhan kalbunya. (halaman 4)
3. Yusuf (Protagonis)
d ramah
Kenalkah
zus berdua akan orang banyak itu?” tanya pemuda itu, yang sejak dari tadi tiada
juga melepas-lepaskan pandangannya dari pemuda-pemuda Eropa yang menuju ke
akuarium.( halaman 8)
4. R. Wiriaatmaja (
protagonis)
d penyayang
memaksa
anaknya itu menurut kehendaknya tiada sampai hatinya, sebab sayangnya kepada
Tuti dan Maria tiada terkata-kata, apalagi sejak berpulang istrinya dua tahun
yang lalu. (halaman 14)
5.
Partadiharja (antagonis)
d mudah
tersinggung
“
Apa katamu?” ujar parta dengan suara yang agak keras sedikit mendengar ucapan
keponakannya yang menyangkal katanya itu.” (halaman 29)
6.
Istri Partadiharja (Protagonis)
d perhatian
“
Untung benar selekas itu engkau mendapat pekerjaan, belum seminggu lagi ujianmu
selesai....” (halaman 99)
7.Sukarto
(Protagonis)
d setia
kawan
Sukarto yang telah lama tiada bertemu dengan
temannya itu sama gembira melihat Yusuf datang mengunjunginya.
( halaman 54)
8.
Ayah Yusuf (Protagonis)
d perhatian
Seolah-olah terkejutlah ia ketika
orang tua itu bertanya ,”Mengapa engkau termenung?”
(halaman 52)
9.
Ibunya Yusuf (Protagonis)
d penyayang
.....
mendengar itu, bundanya yang belum puas bercampur dengan anaknya yang tunggal
itu, membantah dan mencoba menahan Yusuf. (halaman 62)
10.
Ratna (Protagonis)
d baik
Berat Tuti dan Yusuf mengangkat
badannya dari meja makan sesudah makan malam. Sebab meskipun dengan bersahaja
Ratna selalu berkata bahwa makanan yang dapat disajkannya kepada mereka
hanyalah makanan orang tani di desa,...
(halaman
180)
11.
Saleh (Protagonis)
d penyayang
“carilah sendiri , saya tiada hendak menggerakannya,” kata
Saleh dan dalam suaranya menggetar perasaan kebanggaan akan istrinya yang
dicintainya.
( halaman 181)
a.
Penamaan
d Tuti
dan Maria menunjukan orang Banten
Tuti yang tertua di antara dua
saudara itu, telah dua puluh lima tahun usinya, sedangkan adiknya Maria baru
dua puluh tahun...... ( halaman 2)
d R.
Wiriaatmaja menunjukan orang Banten
mereka
adalah anak Raden Wiriaatmaja, bekas wedana di daerah Banten, yang pada ketika
itu hidup dengan pensiunannya di Jakarta bersama kedua anaknya. Itu... (
halaman 2)
d Yusuf
menunjukan orang Martapura
Telah sepuluh hari Yusuf pada orang
tuanya di Martapura. Dalam sepuluh hal ini sesungguhnya ia melepaskan lelah,
sesudah ujiannya untuk doktoral pertama dan kedua berturut-turut.
( halaman 50)
d Sukarto
menunjukan orang Martapura
Sukarto yang telah lama tiada bertemu dengan
temannya itu amat gembira melihat Yusuf datang mengunjunginya. Sampai tengah
malam masih terang nyala lampu gasolin di rumah doktor di negeri yang dingin
itu. ( halaman 54)
5.
Saleh dan Ratna menunjukan orang Jakarta
.....Sejurus
ia melihat ke kiri ke kanan, tampak kepadanya Yusuf dengan Saleh dan Ratna yang
datang menjemputnya, sebab telah diberitakannya bahwa ia akan sampai hari itu. (
halaman 164)
b.
Pemerian
d yang
muda yang lena
....Yang
muda, yang lena mengiring dari belakang, memakai rok pual sutra yang cokelat
warnanya serta blus pual sutra yang kekuning-kuningan.
( halaman 2)
d manis
rupanya
Tangan
itu yang panjang terbuat dari geogette yang halus berkerut-kerut, mengembang di
pergelangan tangan, sangat manis rupanya. ( halaman 2)
d laki-laki
muda
Laki-laki muda itu terus melangkah
seraya meluruskan kopiahnya yang sudah lurus, dengan tiada berpikir sedikit jua
pun.
( halaman 7)
d Senyum
Ucapannnya itu keluar dari mulutnya
dengan senyum. ( halaman 35)
d Pesona
kekaguman
“Ya,”
kata Yusuf perlahan-lahan melepaskan dirinya dari pesona kekaguman mendengar
ucapan Tuti. ( halaman 37)
c.
pernyataan tokoh lain
d pendapat
Wiriaatmaja tentang Tuti
Memaksa anaknya itu menurut kehendaknya tiada sampai
hatinya, sebab sayangnnya kepada Tuti dan Maria tiada terkata-kata, apalagi
sejak berpulang istrinya dua tahun yang lalu. ( halaman 14)
d Pendapat
Yusuf tentang pembicaraan Parta
Selama
percakapan tentang Saleh itu Yusuf tiada mengeluarkan sepatah jua pun, terutama
sekali sebab orang yang dipercakapkannya itu tiada dikenalnya, dan kedua, segan
ia mengeluarkan pikirannnya kepada Partadiharja yang baru dikenalnya padan
petang itu. ( halaman 32)
d Pendapat
Tuti tentang hubungan Maria dengan Yusuf
.....Melihat
Maria saja benci hatinya, apalagi jika ia sedang bersama-sama Yusuf.
Gerak-gerik mereka, pandangan mereka yang berbahagia dan percakapan mereka yang
mesra berbisik, tiada terlihat olehnya dan sebab itu ia selalu menjauhkan
dirinya dari orang berdua itu. ( halaman 90)
d Pendapat
Tuti tentang Maria dan Yusuf yang berbincang-bincang
Tiada
tahu berapa lamanya ia duduk di dalam kelam memperhatikan Yusuf dan Maria.
Hanya suara mereka berbisi-bisik yang kedengaran kepadanya, tiada
habis-habisnya. Bermacam-macam pikiran timbul dalam hati Tuti melihat
kebahagiaan keduanya dalam terang bulan itu,” Apa-apakah yang diceritakan
mereka, tiada putus-putusnya itu?” ( halaman 95)
d.
Dialog
d Maria
dengan parta
“
Apa engkau lihat di dapur tadi, Tuti,” tanya maria kepada kakanya dan sambil ia
melihat kepada kakaknya ia berkata,”Dengan apa kami dijamu nanti, embik.....?
“
Masakah orang dijamu bertanya serupa itu ,” ujar Parta menngangu maria.”
(
halaman 101)
d Pebincangan
parta dengan istrinya
“Maria
orang yang beruntung,”kata parta.”
“
Ya sangan beruntung ,” sambung istrinya.” ( halaman 103)
d Maria
dengan Tuti
“sudah
lamakah engkau berdua datang?”tanyanya
kepada kakaknya sebab ia sendiri datang lebih dahulu, karena harus serta
mengatur malam keramaian itu.
“Kami
baru masuk benar,”Jawab Tuti.”Ramai benar orang datang malam ini.”
( halaman 110)
d Maria
dan Yusuf
“.....Tetapi
Yusuf tidakkah engkau lihat bahwa tuti waktu yang akhir ini amat berubah.?
Berubah
bagaimana maksudmu ?Mengapa pikiranmu tiba-tiba sampai ke sana?”
(
halaman 135)
d Juru
rawat dan maria
......Kepada Maria juru rawat yang baik itu budi itu
berkata membesarkan hati.” Sekarang tinggal kita saja lagi. Kita akan dapat
main lagi seperti dahulu. Benar tidak Maria? “( halaman 192)
Ä Monolog
d Perasaan
maria
“......wahai,
Yusuf , tolonglah adikmu ini. Semuda ini lagi, mestikah sekalian harapan itu
terbuang saja, O, Yusuf manakah engkau, manakah
engkau?”
(
halaman 167)
d Perasaan
Yusuf tentang keindahan alam
“
Alangkah indah-indahnya?” katanya kepada dirinya sendiri. Tetapi pada saat itu
seakan-akan insaf ia akan keganasannya menjatuhan buah-buahan itu dari tempat gantungannya,....
( halaman 56)
d keraguan
Maria
“Tidak,
tidak,” kata Maria dalam hatinya.”Yusuf tiada berubah hatinya kepada saya.”
Dalam seminggu ini hal itu nyata benar terasa kepadanya.....
(
halaman 167)
d pemikiran
Maria
Senyum
dipaksa membayang pada muka yang
berjorokkan tulang itu menyerupai seringai dan berat mengeluh selaku sesudah
perjuangan batin yang hebat berkatalah Maria,”O,’ Suf, nikmat benar hidup di
dunia ini.”(halaman 190)
d bayangan
Maria
Dan pagi-pagi ini pertanyaan itu lebih-lebih
datang menyesak dalam hatinya.”Kalau begini, rasa-rasnya saya hanya menunggu
waktunya saja lagi. Betapkah akan rasanya mati, tidak lagi melihat dan
mendengar, meninggalkan segala yang dikasihi dan disayangi untuk
selama-lamanya..... “( halaman 166-167)
e.
Tingkah laku tokoh
d Maria
Diawal diceritakan sebagai gadis
yang ceria, namun di akhir cerita dia mengidap TBC sehingga akhirnya meninggal.
Ä Yang lain perempuan dalam arti
penjelmaan pancaran perasaan yang tiada terhambat-hambat, berlimpah-limpah
menggenangi segala sesuatu di sekitarnya dengan kepenuhan kalbunya.
(halaman 4)
à Maria sudah dua hari tinggal di
C.B.Z. Penyakit malarianya terang ditambah oleh penyakit batuk darah yang tiba-tiba
memecah keluar. (halaman 150 )
à Pada batu nisan pualam putih yang berukir
tepinya, tertulis dengan air emas yang berkilat-kilat:
Maria berpulang...Januari 193...usia
22 tahaun.(halaman 196)
d Tuti
Di
awal diceritakan sebagai perempuan pintar,aktif, teguh pada pendirian, namun di
akhir cerita Tuti berubah menjadi lebih peka dan bisa mmenerima pendapat orang
lain.
Ä Yang seorang tegap dan kukuh
pendirian, tak suka beri-memberi, gelisah bekerja dan berjuang untuk cita-cita
yang menurut pkirannya mulia dan luhur. (halaman 4)
à Tuti mendekatkan drinya kepada
Yusuf dan laksana tunamgannya itu sudah tahu akan perasaan yang berkecamuk
dalam hatinya, kata mesra berbisik sebagai penyambung.: “Tetapi Yusuf, hidup
kita ialah kerja.” (halaman 198)
d Yusuf
Di
awal cerita dikisahkan sebagai pemuda yang suka dengan gadis yang ceria seperti
Maria, namun di akhir cerita Yusuf bertunangan dengan Tuti.
Ä Pendek dan jelas, hampir tak ada yang penting sedikit
jua pun isinya, tetapi bagi Yusuf tiap-tiap perkataan itu mempunyai arti yang
lain. Sedap dan nikmat perkataan itu menari-nari di dalam kalbunya. (halaman
50)
à Tuti mendekatkan dirinya kepada
Yusuf dan laksana tunangannya itu sudah tahu akan perasaan yang berkecamuk
dalam hatinya,.....
(
halaman 198)
5.
Latar
a.
Rumah
d rumah
R Wiriaatmaja (orang tua Tuti dan Maria)
Di beranda rumah , Maria dan Tuti disapa oleh
ayah mereka yang duduk siap berpakaian setelan, membaca menghadap meja yang
penuh tumpukan koran,.... (halamann 13)
d rumah
orang tua Yusuf
Pada suatu petang ketika sedang
membalik-balik koran ayahnya di serambi depan, datanglah opas pos membawa
setumpukan surat dan koran.(halaman 51)
d rumah
Saleh dan Ratna
Berat Tuti dan Yusuf mengangkat
badannya dari meja makan sesudah makan malam. Sebab meskipun dengan bersahaja
Ratna selalu berkata bahwa makanan yang dapat disajkannya kepada mereka
hanyalah makanan orang tani di desa,...
(halamann 180)
b.
Alam sekitar
d perasaan
Yusuf
Pada suatu tempat ia merencah air , menuju ke
tengah melawan omabak yang bertalu-talu datang memukulnya, seakan-akan hendak
mengusir dia pulang ke darat kembal. (halamann 58)
d perjalanan Yusuf
Dari tanah naik menjalar batang bouganville
yang timbun sedang berbunga, lembayung merah yang mesra yang amat permai
rupanya terbayang pada cat rumah yang putih bersih itu.” (halamann 62)
d Keadaan
Maria
Pada
suatu pagi amat permainya matahari pagi
bersinar di lereng Gunung Gede. Sekalian orang sakit telah keluar, hanya tinggal
beberapa orang saja lagi yang tiada boleh berjalan. (halamann 155 )
6.
Tema
Ä Sosial
d perjuangan
Tuti menggerakkan organisasi Putri Sedar, yang bertujuan untuk membangkitkan
semangat perempuan-perempuan supaya menjadi sosok perempuan baru.
Hitam-hitam sekali penghidupan
perempuan bangsa kita di masa yang silam, lebih htam, lebih kelam dari malam
yang gelap.Perempuan bukan manusia seperti lak-laki yang mempunyai pikiran dan
pemandangan sendiri, yang mempunyai hidup sendiri, perempuan hanya hamba
sahaya,.... (halamann 40)
d Maria
dan Yusuf yang saling jatuh cinta.
Pendek dan jelas, hampir tak ada yang penting sedikit
jua pun isinya, tetapi bagi Yusuf tiap-tiap perkataan itu mempunyai arti yang
lain. Sedap dan nikmat perkataan tu menari-nari di dalam kalbunya.
(halaman 50)
d Maria
yang memempersatukan Tuti degan Yusuf.
“....
Alangkah berbahagia saya rasanya di akhirat nant, kalau saya tahu bahwa
kakandaku berdua hidup rukun dan berkasih-kasihan seperti kelihatan kepada saya
dalam beberapa hari ini” ( halaman 192)
d R
Wiriaatmaja yang memberikan kebebasan memilih jalan hidup maupun pasangan pada
anak-anaknya.
R. Wiriaatmaja menundukan kepalanya
pula membaca korannya. Perkataan anaknya itu tiada sedikit jua janggal
terdengar kepadanya. Ia biasa memberikan kebebasan sebesar-besarnya kepada
anaknya. ( halaman 13)
d Saleh
yang berani berhenti dari pekerjaannya, untuk menggeluti pekerjaan yang sesuai
keinginan.
“
Saya tidak mengerti sekal-kali bagamana pikiran Saleh, maka ia minta berhenti
dengan tiada berbicara lagi dengan famili.” ( halaman 28)
d Ratna
yang setia mendampingi Saleh, namun tetap bisa berkarya.
“
.... Tidak saya sangka engkau sepandai itu mengarang, Ratna. Telah banyakkah
engkau menulis yang serupa itu” ( halaman 185)
7.
Nilai
1.
Nilai Sosial
d Tuti
aktif berjuang menggagas visi perempuan baru.
“ Dimanakah pula dahulu orang tua berdaya upaya
hendak mengajar anaknya pengetahuan yang
lain daripada yang perlu untuk perkawinan seperti memasak dan menjahit? sampai
sekarang masih sering kita mendengar orang tua berkata,” Apa gunanya anak
masuk sekolah ini atau sekolah anu?
sekaliannya itu akan percuma saja, sebab kesudahannya ia masuk dapur juga.” (
halaman 46)
2. Nilai Agama
d Tuti
bersifat sekularisme atau memisahkan
masalah agama dengan kehidupan.
“ Bagi saya sendiri,
saya pun sebenarnya tiada tertarik
kepada agama serupa dipakai orang di kampung-kampung. kehormatan orang kampung
itu kehormatan membabi buta, oleh sebab mereka sendiri tiada dapat dan tiada sanggup
mendalami hakikat agama yang mereka junjung.” ( halaman 36)
3. Nilai Budaya
d tuti
dan Maria menggunakan baju gaya barat.
..... Keduanya berpakaian cara barat; yang tua
dahulu sekali masuk memakai jurk tobrakol putih
bersahaja yang berbunga kecil-kecil. Rambutnya bersanggul model Sala,
berat bergantung pada kuduknya. Yang muda, yang lena mengiring dari belakang,
memakai rok pual sutra yang cokelat warnanya serta blus pual sutra yang
kekuning-kuningan. ( halaman 2)
8.
Sikap pengarang
d Sutan
Takdir Alisjahbana ingin menyuguhkan 2
model wanita yang berbeda karakter. Tuti yang mewakili model wanita masa kini
dan yang akan datang, sedangkan Maria yang mewakili model wanita masa lampau.
d Sutan Takdir Alisjahbana juga mengggambarkan sosok Ratna yang mampu
menyadarkan tuti bahwa yang terpenting bukan gagasan-gagasan yang hanya
dipikirkan, dirasakan, dan diucapkan saja melainkan lebih penting terjun
langsung mengerjakannya.
d Sutan Takdir Alisjahbana juga menggambarkan
kriteria perempuan modern yaitu:
Ä berpendidikan
Ä mendahulukan
pikiran dari perasaan
Ä berperan
aktif melakukan perubahan sosial
Ä tidak melupakan kodratnya sebagai wanita,
Ä menjadi
mitra sejajar bagi suami
Ä mampu
menuangkan gagasan melalui lisan maupun tulisan.
d Menggambarkan
hubungan Maria dan Yusuf yang hangat
d Menggambarkan
seorang ayah yang baik, penyayang, perhatian
d menggambarkan
Yusuf yang rela berkorban untuk bertunangan dengan kakak kekasihnya, demi
cintannya pada Maria
d Menggambarkan
sosok Ratna yang setia mendampingi suaminya namun tetap bisa berkarya
d Menggambarkan sosok Saleh yang berani
mengambil keputusan berat untuk berhenti kerja di kantor untuk menekuni
pekerjaan yang diminatinya.
9.
Tipe Novel
Termasuk novel sosial karena lebih
banyak menggambarkan kisah perempuan-perempuan aktif yang melakukan perubahan
sosial, lalu dibumbui dengan kisah percintaan yang mengharukan antara Maria,
Yusuf, dan Tuti.
RR
DAFTAR PUSTAKA
Alisjahbana,
St Takdir, Layar Terkembang.Jakarta:
Pt Balai Pustaka Indonesia, 2010